Tapi ternyata tidak. Seperti dugaku, sekam itu perlahan terbakar dan membara. Apinya sudah tak dapat disiram dengan air lagi. Angin pun membesar nyala geni itu. Bak petir di hari yang cerah. Kilat dan sambarannya tak seperti biasa, tampak di kelabu mendung, Kilatannya tak terlihat di indahnya awan putih berarak kebiruan. Kondisi tak lazim akhirnya terjadi. Suasana ceria dengan nyanyian kutilang dan hembusan sejuk angin pun menjadikan kami hangus oleh bara sekam. Dan baranya membakar kita berdua.
Satu hal yang kini aku mengerti/ Meski berat bibir ini mengucap/ Akan s'lalu ada kata selamat/ Dalam setiap kata selamat tinggal
***
Saat ini aku bahagia melihatmu dari jauh. Aku tak akan merusak suasana indah berfoto bersama kekasih dan anakmu. Berfoto merayakan berhasilmu dalam studi lanjut.Â
Dian yang selalu memberikan ceria di indah matamu. Dian yang selalu bersinar dan tak menjadi padam. Bersinarlah bersama genggam tangannya.
***
Andai dulu kau tak pergi dari hidupku (dari hidupmu)/ Takkan mungkin kutemui cinta yang kini kumiliki (kumiliki)/ Cinta yang menerima kekurangan (dan merubah caraku)/ Dan merubah caraku memandang dunia (memandang dunia)
Andai dulu kupaksakan terus bersamamu (untuk terus bersamamu)/ Belum tentu kisah kita berdua berakhir bahagia/ Kisah yang mendewasakan kita berdua/ Meski lewat luka (meski lewat luka)/ Meski lewat luka
Satu hal yang kini aku mengerti/ Meski berat bibir ini mengucap/ Akan s'lalu ada kata selamat
Dalam setiap kata selamat tinggal
Selamat tinggal (selamat tinggal)/ Samar kudengar/ Di tempat ini/ Suara yang selalu kukenal, itu suaramu/ (Di tempat pertama aku menemukanmu)
Saat wisuda indah di balairung, 2013
*)Selamat - Virgoun