Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pemain

11 Desember 2019   11:11 Diperbarui: 11 Desember 2019   11:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kota itu ingatkanku, saat kita
Bicara dengan canthas, tanpa garis, tanpa aling, semua keluar, semua tercurah

Garis panjang hanya hiasan, pagar berduri cuma imitasi. Tak ditaati, semua diterabas.  Pagar dilompati, bermain di luar garis. Wasit tak bergeming, pemain menari gemerincing.

Pintu tak berpalang, semuanya lolos
Dan diterobos. Anak kunci tergantung tanpa fungsi....

Saat peluh itu tlah kering, lelah datang teriring. Sadari permainan penting tak bisa dirating. tiup peluit di ruang hampa, nyaring tak berbunyi, lantang tak terdengar.

**

Kini memori permainan diingat ulang, dimainkan di luar arena, dilihat pekat di luar terang garis. Mainmu tak di kotak, diluar pagar. Wasit  tak bergeming, pemain menari gemerincing.

Debarmu saat bertanding, peningmu pas bermain, tekan dan berat di arena. 

Andai kutahu, itu kelam, andai kutahu itu gelap, andai kutahu itu ilegal. Kan kutahan kau tak bertanding. Kan kubisik kau tak bertarung.

Wasit tak bergeming, pemain menaro gemerincing. Kalo kau kuat, jalani, kalo tak, tinggalkan arenamu

banyuwangi, kini dan dulu, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun