"Hai kak" sapanya dengan wajah muram.
"Vian kenapa?" Balasku sambil membelai lembut wajah muramnya.
"Setiap sore seperti ini apa kakak nggak lelah?"
"Lelah bagaimana maksud Vian?" Tanyaku sedikit ragu
Beberapa detik Vian terdiam, Sementara aku terus menyinggungkan senyuman kecil untuknya.
Hingga detik itu terus berlalu, Vian tak kunjung mengungkapkan isi hatinya. Aku mengambil alih segala keraguan yang sulit terungkap itu. Bergerak mendorong kursi rodanya, berjalan keliling mengitari komplek. Pikir ku dia bosan dengan jalur yang selalu kita lewati sepanjang sore. Ternyata tidak, Vian masih terus terdiam dengan pandangan kosong.
Aku mulai bercerita, mencoba menghibur kegelisahan dihatinya. Untuk anak seusia dia, cerita tokoh kartun favoritku mungkin bisa sedikit membantu memberikannya semangat.
Doraemon, ya aku suka Doraemon. Kantong ajaibnya yang membuatku jatuh cinta melihatnya. Bisa dengan mudah mengeluarkan alat yang aku butuhkan. Mungkin jika ada Doraemon di sini, dia pasti memberiku pertolongan dikala kawanku sedang bersedih.
Scene yang paling aku suka adalah ketika Doraemon membawa Nobita dan kawan-kawannya ke masa yang akan datang. Masa dimana mereka seharusnya belum mengalami, tapi mereka bisa mengintip kegiatan masa depan mereka. Nobita dan kawan-kawannya bahagia sekali, penuh tawa karena masa depan mereka tercapai sesuai keinginan.
"Masa depanku gimana kak" Tanya Vian tiba-tiba, sekaligus mengagetkanku hingga menghentikan dorongan kursi rodanya.
"Vian...Vian kan anak yang pandai, di sekolah juga selalu juara kelas. Pasti bisa jadi Dokter, karena Vian rajin belajar"