Mohon tunggu...
Diah Ayu Lestari
Diah Ayu Lestari Mohon Tunggu... Jurnalis - Traveller

Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cirebon-Kuningan sebagai Jembatan Fotografi

24 Mei 2018   12:23 Diperbarui: 24 Mei 2018   22:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Bergeser ke sebuah tempat dimana Perundingan Linggarjati dilakukan. Museum Perundingan Linggarjati merupakan wisata edukasi yang ramai dikunjungi oleh anak-anak sekolah, mahasiswa atau para peneliti. Bapak Rudianto dan Bapak Yana adalah penjaga di museum ini yang sudah bekerja hampir sembilan belas tahun. "Setiap malam mengadakan piket malam secara bergantian sebanyak dua orang dan masyarakat sekitar juga ikut serta dalam piket ini walaupun hanya sekedar nongkrong tetapi itu sebagai bentuk kepedulian warga sekitar sini." Ujar Bapak Rudianto. Setiap hari tempat ini dibersihkan untuk peralatannya pun semua diganti seperti seprai dan lain-lain.

Berpindah ke sebuah Keraton Kanoman. Keraton ini identik dengan warna putih mulai dari pagar sampai keratonnya sendiri. Pada saat disini itu hari sudah mulai malam dan yang diuji adalah mengambil momen pada saat pentas tari topeng. Memasuki wilayah ini melihat banyak anak-anak kecil yang sedang latihan menari. Penerangan yang hanya didukung oleh beberapa obor saja membuat ambil momennya tidak terlalu bagus karena kurangnya pencahayaan. Keraton Kanoman yang dibanjiri oleh mahasiswa ATVI bahkan sebagai tontonan bagi masyarakat sekitar. Tari topeng terdiri dari lima topeng yang mewakili pertumbuhan manusia dari bayi sampai tua.

Hari semakin malam, akhirnya berakhir sudah tarian tersebut dan kembali menuju bus. Suasana yang semakin melelahkan bagi tubuh ini membuat enggan lagi bergurau. Suasana bus kali ini sangat ramai, panas, semuanaya bingung dan hanya beberapa saja yang sedang dalam proses mengobati salah satu mahasiswa di bus ini. Mungkin ini sebab kelelahan yang tidak terkontrol. Dirinya yang tidak sadar membuat panik seluruh bus dan mengalami waktu yang semakin lama menuju tempat istirahat. Suara yang tiba-tiba keluar dengan lantang selalu membuat isi penumpang bus ini berdoa dan tetap waspada. Tangisan yang keluar dari dirinya membuat semakin ketakutan. Ternyata pikirannya kosong sehingga mudah dimasuki makhluk lain yang berasal dari tempat itu sendiri, bahkan mungkin mengganggunya. Suasana kembali ke semula menjadi redup dan tenang ketika masalah itupun selesai dan bus mulai berjalan menuju tempat istirahat.

Malam terakhir di Kota Cirebon, membuat tidak ingin melewatkan malam ini dengan berdiam diri begitu saja. Didampingi dengan uji fotografi malam, akhirnyapun jalan-jalan menikmati udara malam terakhir di Cirebon ini. Membuka mata ini untuk lebih kuat melihat dan merekam sebuah pemandangan malam hari. Lalu, tidak mungkin apabila tidak beristirahat dan akhirnya kembali memanjakan tubuh ini dengan istirahat.

Hal biasa yang membangunkan dengan bunyi telepon. Pagi ini merupakan pagi yang sangat cerah di sambut dengan awan yang berwarna kebiruan. Lalu bergegas menyantap sarapan dengan pemandangan Car Free Day uji selanjutnya yang harus diburu. Dengan bergegas mencari momen di sekitar Car Free Day. Banyak sekali orang-orang Cirebon yang senantiasa partisipasi dan banyak pedagang-pedagang pula.

Berjalan menuju bus dengan meninggalkan jejak pada Hotel Ibis dan membawa semua barang. Hari ini adalah hari terakhir di Kota Cirebon dan disambut dengan wisata Gua Sunyaragi. Gua ini mirip dengan candi namun bukan candi. Gua ini adalah salah satu tempat wisata yang bersejarah. Ada yang menganggap bahwa Gua ini berasal dari tulang-tulang manusia karena batunya mirip dengan kerangka. Konon masyarakat setempat memepercayai di Gua Peteng ada patung yang bernama Perawan Sunti untuk tidak dipegang kalau dipegang maka akan jauh dari jodoh.


dokpri
dokpri
Gua Sunyaragi ini diambil dari kata sunya yang artinya sepi dan ragi yang artinya raga. Dengan sopan pun memasuki gua yang sangat sempit dan mencoba melihat lebih jelas seperti apa bebatuannya. Tempat ini tidak kalah indah untuk mengambil spot foto. Bahkan ketika masuk maka akan dimanjakan dengan suasana seperti kerajaan.

Berakhir sudah petualangan selama empat hari ini dan ditutup dengan makan Empal Gentong lalu menuju Stasiun Cirebon. Dengan sigap rasanya sudah tidak sabar untuk menuju Jakarta, tetapi disisi lain akan sekali merindukan suasana yang seperti ini di Cirebon. Menuju kereta yang akan ditumpangi sebelum berangkat maka banyak sekali yang mengabadikan momennya di sini.

Kembali menuju Jakarta membawa banyak cerita saat jejak kaki menjelajah di Cirebon. Memori dalam pikiran semakin menambah. Buku petualangan semakin tebal dengan petualangan satu ini yang dimana Cirebon sebagai jembatan menyelesaikan Hunting Fotografi bahkan sebagai objek.

Bukan hanya tempat terkenal saja yang indah dan dikunjungi oleh orang asing, tetapi tempat yang memiliki nilai budaya kental yang akan menumbuhkan keindahan tersendiri dan berbeda dengan yang lain. Cirebon sampai Kuningan membuka mata ini untuk melihat betapa banyak sekali budaya Indonesia yang perlu dieksplorasi lebih lagi.

"Berhenti bilang ramai yang unggul, tetapi bilang bahwa berbeda yang akan unggul"-@dhylstr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun