Selama di Sendai, saya punya beberapa toko andalan yang menjadi langganan berbelanja, yaitu toko-toko sayuran dan lauk pauk sederhana di dekat asrama tempat tinggal. Sebut saja beberapa nama, misalnya Majumdher, toko lauk pauk milik Pak Salim yang berasal dari Bangladesh, serta Usami Fresh dan Ohta. Baik Usami maupun Ohta dimiliki oleh pasangan Jepang yang sudah lanjut usia.
Tetapi kali ini saya mau cerita singkat saja tentang pengalaman berbelanja di Usami. Mulanya saya kerap berbelanja pada pagi hari. Namun, setelah mengetahui bahwa biasanya ada diskon-diskon menarik yang menggoda pelajar dengan uang pas-pasan pada sore hari, saya pun memilih berbelanja pada sore hari.
Usami adalah toko berukuran sekitar 4 x 4 meter. Bagian depannya dipenuhi keranjang atau tatakan berisi buah dan sayur yang langsung menghadap jalan. Tentu saja, kalau iseng, orang bisa saja mengambilnya. Masalahnya, ini di Jepang! Meski diletakkan begitu saja, dan penjaganya berada di ruangan dalam, orang-orang tidak akan mengambil tanpa membayar.
Salah satu hal menarik di Usami adalah, selain diskon yang sudah tertera pada label harga, kita juga kadang mendapatkan potongan tambahan. Misalnya, jika kembalian hanya 10--15 yen, biasanya tidak dikembalikan. Hampir lima kali saya mengalami keringanan seperti ini. Apa mungkin Oma dan Opa Usami kasihan melihat wajah saya yang tampak merana? Entahlah.
Hingga suatu ketika, saya dibuat terkejut dengan potongan harga yang tidak masuk akal. Saat itu, saya melihat buah-buahan dalam plastik bening yang menarik sekali. Harganya murah untuk ukuran Jepang 500 yen saja. Saya berdiri mematung di depan plastik buah itu sambil menghitung isinya. Wih, ada lebih dari 30 buah mirip ceri yang warnanya mulai menguning, sedikit lagi menuju merah. Buah ceri yang menarik sekali.
Saya sebenarnya pernah makan ceri, meski baru mencoba dua buah saja. Itu pun diberi sensei waktu kunjungan ke Yamagata. Jadi, ketika bertemu buah mirip ceri ini, hati saya gembira sekali. Sudah membayangkan betapa enaknya, apalagi murah, pikir saya.
Setelah menghitung dan yakin untung kalau membeli buah ini, saya langsung mengambil plastiknya dan menuju kasir. Saat hendak membayar kepada Opa Usami, uang saya tinggal recehan. Saya keluarkan 300 yen sambil mencari koin lainnya. "Sumimasen, sudah... tidak apa-apa, ini saja," kata Opa Usami dalam bahasa Jepang, yang saya cuma tau bagian sumimasennya. Tetapi melalui gerakan tangan dan anggukan, yakin sekali pasti maksudnya begitu.
Saya pun bertanya, "Only 300 yen?" dan ia menjawab dengan senyum lebar. Langsung saja saya mengucapkan banyak terima kasih. Hati saya gembira bukan main. Dapat buah murah dengan potongan 200 yen. Dengan bangga saya pamer ke Edi-san, teman penelitian saya selama di Jepang, saat kami sama-sama pulang berjalan menuju asrama sehabis belanja di Usami. Saya menawarinya satu buah, sementara saya mengambil yang agak kekuningan untuk dicoba.
"Ayo, Edi-san, kita coba cerinya. Lumayan, tadi dapat murah sekali. Harga 500, eh, baru kasih 300, katanya tidak apa-apa." Betapa beruntungnya saya. Edi-san juga berbelanja di Usami, tetapi ia memilih membeli roti dan selai kacang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!