Mohon tunggu...
Dayu Rifanto
Dayu Rifanto Mohon Tunggu... Dosen - @dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mahasiswa S3 Pendidikan Masyarakat. Fasilitator, penulis dan penggerak literasi. Mengelola inisiatif literasi, pengembangan kapasitas diri dan perpustakaan anak. Surel dayurifanto@gmail.com | linktr.ee/dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru yang Menginspirasiku

18 April 2021   13:47 Diperbarui: 18 April 2021   14:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi


"Di sana, pulauku yang kupuja slalu... tanah Papua, Pulau indah..."

Siapa di Papua yang tidak mengenal lagu tersebut?, nyaris tidak ada, dugaan saya. Lagu ini begitu populer dan sekaligus menjadi sebuah lagu yang digunakan saat ada acara-acara resmi di Papua dan dinyanyikan secara bersama-sama. Adalah Yance Rumbino, yang menciptakan lagu ini. Ia menciptakannya di bulan November 1985, di Bukit Gamei, Distrik Topo--Nabire. Lagu dengan judul awal "Irian Jayaku" ini, mengalami perubahan judul menyesuaikan dengan perubahan nama "Irian Jaya" menjadi "Papua" (1).

Bagaikan nubuat, daerah Topo di tahun 1996/1997 membuat gempar satu kota di Nabire karena ditemukan emas pada sungai-sungainya. Walau begitu, sepertinya karya cipta beliau ini, belum terdaftar secara resmi, itu sebabnya pada tanggal 23 Mei 2020 lalu, ada sebuah edaran dari Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Papua Barat tentang adanya pendaftaran karya cipta lagu "Tanah papua" yang diciptakan oleh Yance Rumbino dan didaftarkan pada pada Direktorat Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (2). Sehingga jika ada pihak lain yang mengklaim sebagai pencipta lagu tersebut, selain Yance Rumbino, diberi kesempatan mengajukan sanggahannya dalam jangka watu satu bulan sejak pengumuman disampaikan, begitu kurang lebih bunyi surat edarannya.

Surat edaran itu mengingatkan saya pada sebuah tulisan singkat saat hari guru, ada sebuah postingan dari Prof. Djoko Saryono bersama Bapak Guru Yance Rumbino di laman facebook beliau, menggelitik saya untuk segera memberi kesan saya pada salah satu guru yang saya kagumi. Ternyata, Prof Djoko sedang ada kegiatan di Mankowari dan beliau bertemu dan berdiskusi dengan guru saya, waktu di SD dahulu, SD Inpres Kotabaru Nabire.

Langsung saja postingan itu saya sambar, sembari menulis sekelumit detil yang saya ingat, tentang Pak guru yang saya hormati itu. Buat anana SD Inpres

Kotabaru Nabire, masih ingat dengan Pak guru ini? apa kesanmu terhadapnya?

Sebuah kesan yang membekas Buat saya, beliau ini salah satu pendidik yang multitalenta dengan jiwa kesenian yang luar biasa. Saya ingat bisa jatuh cinta pada pelajaran matematika, karena beliau ini. Pada saat itu, beliau menjadi kepala sekolah dan guru matematika di SD Inpres Kotabaru, Nabire. Sekolah dasar pilihan keluarga untuk saya masuki karena letaknya yang dekat dengan rumah kami, hanya perlu jalan kaki 10 menit sudah sampai di sekolah. Tidak hanya itu, ingatan saya mencair dan memanggil kembali kenangan lalu, nama-nama beberapa putra beliau pun masih teringat, ada Konori, ada Mayasa. Juga ingatan berdesak-desakan di rumah guru yang beliau tempati, saat istirahat menumpang membeli makan nasi kuning dari jualan sang istrinya di rumah, sekaligus membuka sebuah ruang tamunya untuk anak-anak SD bisa menonton tayangan "Casper and friends" di TPI, saat istirahat tiba.

Suatu kali, kejadian konyol terjadi, kesalahan saya tentunya, dan saya ingat pernah dimarahi habis-habisan oleh beliau karena ketika mewakili sekolah untuk lomba cerdas cermat, urutan tampil kami bagian terakhir, tapi sayang kaki ini gatal rasanya lihat di lapangan tengah sekolah penuh anak bermain bola, akhirnya saya tentu saja yang gila bola, ikut lari-lari bermain bola dan dihardik pak guru ini "Eh, cepat ko berhenti, mau cerdas cermat baru main bola, nanti sa tidak masukkan koi ke tim sekolah e !". Saat itu, cerdas cermat merupakan keisengan belaka. Yang saya yakini, saya menjadi pemain sepak bola. Apa daya, kami bersilang pendapat.

Bapak guru Yance mengemas pembelajaran matematika menjadi begitu menyenangkan, saya ingat kami pernah tanya jawab dengan bermain permainan siapa cepat menjawab. "Anak-anak..", teman-teman begitu seriusnya ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau, ketika ternyata pak guru membuat kami terkecoh ketika dalam perkalian ia tambahkan 0, saat ia mengatakan "Harus jawab cepat e".. "2x2x1x0". Ada yang batariak empattttt pak guru, saya tertawa ngakak, sekelas berderai tawa. Ia juga biasa menjadi wasit tinju, katanya waktu muda sempat menjadi petinju. Sehingga kalau ada yang seka-seka kaki di tengah lapangan sekolah ber yosim pancar dengan asyiknya, saat jam istirahat dan dentang lonceng sudah menggema, ko mau coba-coba terlambat masuk kelas ko coba sudah, Pak guru su siap koi punya kelakuan, dia punya disiplin apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun