Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Guru, Kelas Menengah yang Susah Kaya!

3 Maret 2024   23:27 Diperbarui: 6 Maret 2024   00:01 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Nasib guru atau pengajar. (Sumber: KOMPAS/Didie SW)

"Jika kamu mau jadi guru, jangan harap kamu akan menempati posisi high class. Paling standar-standar saja," itulah kalimat yang sering saya dengar sebelum jadi guru. Dan setelah saya jalani, memang benar adanya.

Boro-boro bermimpi jadi penghuni bumi kelas atas, jadi sultan, apalagi jadi crazy rich. Bisa bertahan hidup, dan dipandang oleh orang lain sebagai kalangan menengah pun sudah saya anggap hebat. 

Alhamdulillah. Sebagai seorang PNS guru, saya sangat bersyukur dengan gaji yang diterima per bulan. Meskipun potongan Bank yang tinggi, karena dulu kami terpaksa harus meminjam ke Bank dalam jumlah yang cukup besar (karena terlalu privasi, saya tidak sebutkan nominalnya, he), yang kami gunakan untuk membeli rumah dan melanjutkan pendidikan. 

Saat menjalani hidup berumah tangga, layaknya pegawai SPBU, kami memulainya dari nol. Bahkan, bisa dibilang diawali dari minus. Saya masih ingat, ketika mau mengontrak rumah, saya harus meminjam dulu sejumlah uang kepada almarhum paman. 

Dua tahun kami hidup mengontrak, yang uang sewanya kami bayar per tahun. Ternyata hidup mengontrak itu tidak tenang. Bulan-bulan terakhir habis masa sewa, kami harus bersiap-siap membayar lagi kepada si empunya rumah. 

Tahun 2012, saya pun memutuskan untuk mengajukan pinjaman ke Bank. Saya pakai untuk membeli dan merenovasi rumah yang kami tinggali sekarang, dan sisanya digunakan untuk melanjutkan pendidikan. 

Secara matematis, sisa gaji yang saya dapatkan karena dipotong bank, tidak akan cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Seminggu juga sudah habis. Tapi anehnya, rezeki selalu saja ada. Di sini, kuasa Allah yang paling berperan. Setahun setelah gaji saya dipotong Bank, Alhamdulillah saya lolos mengikuti PLPG dan berhak mendapatkan tunjangan sertifikasi. 

Sisa gaji pasti habis dipakai makan. Bahkan bisa dikatakan kurang. Dengan berbagai cara kami bertahan hidup. 

Tunjangan sertifikasi (yang membuat sebagian PNS lain iri) saya terima 3 bulan sekali sebesar 3 kali gaji pokok, kami gunakan sebagai back-up ekonomi sehari-hari, dana pendidikan anak, berbakti kepada orangtua kedua belah pihak, membayar pajak kendaraan, dan jika ada lebih, kami gunakan pula untuk dana sosial, dan sisanya ditabung, itupun kalau tersisa, seringnya sih bablaaaaas, he-he.  

Benar sekali kata lelucon, bahwa saat guru di Amerika berpikir untuk berlibur ke bulan, guru di Indonesia disibukkan dengan bagaimana caranya hidup dari bulan ke bulan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun