Dalam mempelajari tokoh-tokoh Alkitab, sering kali kita berhenti pada tahap pertama: menceritakan kembali kisah mereka. Padahal, setiap tokoh memiliki perjalanan hidup yang sarat dengan makna, pergumulan, dan karya Allah yang luar biasa. Untuk itu, kita dapat menggunakan tiga level pembicaraan yang membantu kita menggali lebih dalam. Dengan memahami level ini, kita tidak hanya mengenal tokoh-tokoh Alkitab, tetapi juga belajar melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidup mereka --- dan dalam hidup kita.
Level pertama adalah tahap pengenalan, di mana kita fokus pada cerita dan fakta tentang tokoh Alkitab. Pada level ini, kita menceritakan siapa tokoh itu, apa yang dia lakukan, dan bagaimana Tuhan memakainya. Misalnya, kita mengenal Daud sebagai gembala yang diurapi menjadi raja, yang mengalahkan Goliat dengan batu dan umban, serta membawa kemenangan besar bagi bangsa Israel. Tahap ini penting sebagai pintu masuk bagi pembaca atau pendengar, karena tanpa mengenal ceritanya, kita tidak akan memahami pesan yang terkandung di dalamnya. Namun, jika kita hanya berhenti di level ini, kita mungkin hanya sekadar tahu kisahnya tanpa menghayati makna yang lebih dalam.
Level kedua membawa kita lebih jauh ke dalam kehidupan tokoh tersebut. Di sini, kita mempelajari bagaimana ia bertumbuh mengenal Tuhan, bagaimana ia jatuh bangun dalam imannya, dan bagaimana pengalaman-pengalaman hidupnya membentuk karakternya. Dalam kisah Daud, misalnya, kita melihat bagaimana ia belajar mempercayai Tuhan saat menjaga domba, menghadapi singa dan beruang, dan bagaimana pengalaman itu mempersiapkan hatinya untuk berhadapan dengan Goliat. Kita melihat Daud sebagai seorang pemuda yang berani karena ia memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, bukan hanya karena ia kuat atau cerdas. Pada tahap ini, kita mulai menarik pelajaran hidup dari pengalaman tokoh tersebut sehingga kisah Alkitab menjadi relevan untuk membangun iman kita.
Namun, pendalaman yang lebih kaya ada pada level ketiga. Di level ini, kita tidak hanya memandang tokoh itu dari kacamata pribadinya, tetapi juga memahami konteks sejarah, siapa penulis yang mencatat kisah tersebut, dan apa maksud Allah di balik peristiwa itu. Dalam kisah Daud, kita mendapati bahwa Daud sendiri tidak pernah menulis tentang kemenangannya melawan Goliat. Kisah itu dicatat oleh nabi Samuel, sedangkan Daud melalui kitab Mazmur lebih banyak menceritakan tentang kebaikan, kemurahan, dan kesetiaan Tuhan. Bahkan saat Daud jatuh dalam dosa, Alkitab mencatat kegagalannya dengan jujur, sehingga kita dapat melihat bahwa fokus utamanya adalah karya Tuhan, bukan kemuliaan manusia.
Pendekatan level ketiga ini membantu kita melihat Alkitab bukan hanya sebagai kumpulan kisah heroik, tetapi sebagai kesaksian tentang Allah yang setia menuntun umat-Nya. Kita belajar bahwa tokoh-tokoh Alkitab adalah manusia biasa yang dipakai oleh Allah untuk menyatakan kehendak-Nya. Keberhasilan dan kegagalan mereka menjadi sarana Allah untuk menunjukkan kasih karunia-Nya. Hal ini menolong kita untuk tidak hanya mengagumi Daud karena keberaniannya, tetapi juga mengagumi Tuhan yang memelihara dan memimpin Daud bahkan di saat terendahnya.
Ketiga level ini mengajarkan kita bahwa perjalanan iman tidak berhenti pada mengenal kisah, tetapi harus berlanjut pada memahami maksud Tuhan. Dengan mendalami kehidupan tokoh Alkitab hingga konteks penulisannya, kita akan semakin didekatkan kepada Allah. Kita akan belajar mengarahkan pandangan bukan hanya pada tokoh manusia, melainkan kepada Tuhan yang menjadi pusat dari segala kisah. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi pendengar cerita, tetapi juga menjadi saksi hidup yang mengalami karya Allah yang sama dalam kehidupan kita sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI