Mohon tunggu...
David Gorda
David Gorda Mohon Tunggu... -

Bahaya Kapitalisme, terlalu cinta kapital dan dunia, selalu berkonspirasi untuk mendapatkan segala cara semata bagi kepentingan keuntungan pribadi dan kelompok. Tidak perduli akan kerusakan lingkungan. Akibatnya selalu terjadi kerusakan nilai kehidupan dan ketidak seimbangan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Dungu Tingkat Dewa

15 Desember 2017   21:08 Diperbarui: 15 Desember 2017   21:18 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kami tau kalian sering makan makanan asal usulnya dengan cara haram

Kerja kalian sebagai cebonger tingkat bakteri adalah menulis dengan gaya paling tolol

Berbagai tulisan sebagai kerja rutin mereka seharian, adalah mengumbar INTOLERANSI

Argumentasi tulisan mereka hanya berkutat disitu saja, membela, menimang  sebuah kebodohan

Aturan sering kalian langgar, kalian berkata tidak boleh membuat aksi sampai jam 18:00,

Tapi kenyataan yang disaksikan semua orang kalian membuat aksi sampai pagi di Markas Brimob

Kalian tuduh diluar pihak kalian sebagai Intoleransi, anti Pancasila, anti Indonesia

Nyatanya kalian cebonger-lah yang sebenarnya sangat Intoleransi, sangat anti Pancasila

Sekarang kalian dukung kebodohan lanjutan yang akan kalian bopong sampai 5 tahun kedepan

Iya memang benar kalian adalah para pendungu, pentolol dan pendusta suka membalik fakta

Kalian lebih dungu dari para monyet yang kalian tuduhkan dan kalian adalah monyet sampah diantara para monyet

Para monyet juga membenci kalian karena kalian adalah SAMPAH SAMPAH YANG TIDAK ADA GUNANYA

Pelihara terus kedunguan tingkat dewa kalian, karena kalian tidak bisa seperti kami

Kalian beda dengan kami, karena kalian adalah sampah sampah tak berguna

Kalian beda dengan kami, karena kalian tidak bisa berkumpul sebanyak kami

Kalian sangat beda dengan kami, karena kalian semua adalah MONYET BERTUBUH MANUSIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun