Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pedagang Kantin Galau, Meski Tahun Ajaran Baru 2020 Sudah Mulai

19 Juli 2020   05:33 Diperbarui: 19 Juli 2020   06:48 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kantin di sebuah SMA di Semarang sebelum pandemi (tribunnews jateng)

Pedagang kantin sekolahan sangat terpukul dengan adanya pandemi covid-19 ini. Bahkan masuk tahun ajaran baru pun sama saja. Mereka bingung saat orang -orang mengatakan selamat bekerja kembali. 

Lah kami mau kerja bagaimana? Buka kembali? Kan kegiatan sekolahannya semua dilakukan online. Kalau kantin kan harus datang pembelinya. Barulah kami dapat penghasilan.

Tentulah semua ingin kegiatan berlangsung normal seperti sediakala. Aturan pelaksanaan belajar dari rumah menjadi keputusan terbaik saat ini. Kita perlu menjaga dan melindungi generasi penerus, para siswa agar terhindar dari potensi tertular virus Covid-19 ini. Juga para tenaga pendidik. Memang tidak dapat dipungkiri, pedagang kantin merasa kecewa dan turut merasakan langsung dampak buruknya bagi penghasilan mereka.

Selain pedagang, siswa pun banyak merindukan kembali bisa makan di kantin sekolah. Kantin selain tempat makan, juga tempat favorit untuk bercengkrama ria dengan teman-teman di Sekolah.

Curhatan pedagang kantin
"Kalau memang begini dan akan berlangsung lama, potensi kita gulung tikar akan besar. Makanya kepala saya sakit memikirkan tagihan dan kredit, ditambah lagi biaya kuliah anak-anak," sebut Imar yang beranak tiga (dikutip dari beritasampit.com).

"Kalau sekolah enggak libur, saya bisa menjual 400 butir cireng, dan keuntungannya bisa mencapai Rp 160 ribu, tapi dengan diliburkannya anak sekolah, paling banyak saya menjual 150 butir cireng dengan keuntungan sekitar Rp 65 hingga 70 ribu rupiah," ungkap Juhri, seorang pedagang yang berjualan di luar pagar sebuah SD di Depok, Jawa Barat (jurnaldepok.id).

Salah satu tukang Cilor yang biasa mangkal di sekolah kini harus berkeliling (jurnaldepok.id)
Salah satu tukang Cilor yang biasa mangkal di sekolah kini harus berkeliling (jurnaldepok.id)

Curhatan ini sebetulnya merepresentasikan risau hati para pedagang kantin di sekolah atau kampus. Mulai dari kantin SD hingga universitas. Pedagang kantin ini kehilangan mata pencaharian sejak semua kegiatan belajar mengajar dilaksanakan jarak jauh. 

Siswa sekolah yang biasanya jajan di kantin tidak ada lagi. Atau guru yang juga kadang memesan makanan dari kantin juga tidak lagi ada.

Juga dialami pedagang kantin perkantoran
Tidak hanya itu, kantin perkantoran pun mengalami hal yang mirip. Selama penerapan WFH, mereka kelimbungan, tidak ada pembelinya. Hanya beberapa kantin yang mampu memasarkan secara online, yang masih mampu bertahan, itupun tidak sebesar omset penjualan masa normal sebelum PSBB.

Dikutip dari tribunnews, seorang pedagang kantin pujasera di Surabaya mengatakan, meskipun mulai berjualan lagi di samping sebuah kantor. Ia masih merasa kesulitan, dengan adanya larangan menyediakan meja dan kursi, harus 'take away', omsetnya jauh turun.

Salah satu pedagang kantin di kantin samping kantor Satpol PP Pemkot Surabaya (surya.co.id)
Salah satu pedagang kantin di kantin samping kantor Satpol PP Pemkot Surabaya (surya.co.id)
"Sebelumnya sehari 50 porsi sekarang sampai sore ini baru dapat 40 ribu," tuturnya.

"Kami juga butuh buat makan, anak sekolah, kan sekarang mendekati pendaftaran. Kan susah juga kalau jualan seret. kalau bisa ya kembalikan seperti dulu," tambahnya.

Perlu perhatian dan solusi bagi pedagang kantin

Mereka-mereka ini bisa dikategorikan usaha mikro kecil. Nampaknya perlu perhatian ekstra dari Pemerintah setempat bagaimana mendorong kelangsungan usaha rakyat kecil ini. 

Atau Kementerian UMKM turun tangan mencarikan solusi. Misalnya dengan mendorong kerjasama dengan layanan ojek online semacam kurir grabfood atau gofood dengan pedagang kantin ini. 

Ilustrasi jasa antar makanan (parselday.com)
Ilustrasi jasa antar makanan (parselday.com)

Ini tentu sinergi bagus, pembeli entah itu siswa atau pekerja kantoran tidak perlu datang ke kantin, driver ojek online bisa bertambah orderannya, pedagang kantin pun tetap jalan usahanya. 

Pemerintah bisa misalnya mengadakan pelatihan bagaimana jualan online, atau juga mensubsidi uang pendaftaran untuk layanan penyedia jasa antar makanan tersebut. Ini tentu sangat menolong bagi mereka yang tengah kesulitan dalam situasi tidak menentu ini.  

Kita juga tidak tahu entah kapan berakhir, hanya bisa mencoba bertahan melaluinya. Semoga tetap indah pada waktunya. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun