Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dracor atau Drakor? Tatanan Hidup Baru atau PSBB Transisi?

6 Juni 2020   05:46 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:47 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam drama Korea 'My Secret Terrius' (arynews.com)

Drama yang terjadi pada masa PSBB:

Ketika belum dilakukan PSBB. Banyak pihak yang sok pintar, menyerukan lockdown. Kritik keras pada Pemerintah. Pemerintah berpandangan lain, dengan tingkat kedisiplinan berbeda, tingkat ekonomi rakyat juga berbeda. Tidak tepat jika harus lockdown. Kemudian PSBB diterapkan.

Ketika diterapkan kebijakan PSBB secara nasional, ada juga masyarakat tidak patuh. Berikut contohnya:

  • Ada yang PSBB berlebihan, misalkan satu komplek perumahan, tidak boleh orang lain masuk, bahkan saudaranya. PSBB nya dijaga betul. Terkesan lebay, tapi ini tidak salah juga.
  • Ada juga satu tempat yang warga bebas saja wara-wiri, malahan tidak pakai masker.  
  • Ada pejabat daerah yang masih wara-wiri, padahal dia Sekretaris Daerah. Pejabat saja masih susah tertib. 
  • Dilarang mudik. Tetap saja masyarakat ada yang mengakali agar bisa mudik. Misalnya sekeluarga naik di mobil pribadi. Lalu mobil pribadi tadi dinaikkan di atas truk, seolah-olah truk hanya mengantarkan mobil itu dari Jakarta. 
  • Ada pemalsuan surat-surat keterangan agar bisa diijinkan naik pesawat terbang.
  • Ada pemuka agama yang jelas melanggar prosedur, bahkan melawan petugas, dan malah dibela kelompoknya;
  • Wisma tempat karantina yang kesannya ricuh, karena penghuninya sulit tertib untuk physical distancing;
  • Tenaga medis kelelahan menjadi 'marah' dengan ungkapan terserah;

Kritik juga terus bermunculan disana-sini. Ingin saja ku teriakkannnnnnnnn...... Diammmmmmmm ! Berisik !!!!! Memangnya kamu lebih pintar? Asbun..asal bunyi..

Lalu dengan semua fakta-fakta itu, Pemerintah juga yang disalahkan. Aneh juga ya, kok apa-apa Pemerintah salah. 

Bagaimana kalau misalnya semua pejabat Pemerintah itu mengundurkan diri? Kan repot juga? Ada yang ngurusin aja masih babaliut begini. Apalagi tidak ada yang mengurusi. Ya gak sih?

Ini seperti ada pihak  yang selalu mengarahkan kesana? Kepentingannya apa? Sampai wacana memakzulkan pun masuk ke ruang publik. Apa-apaan ini. Ingin memancing di air keruh?

Badai nya sama, kapal nya berbeda

Saya terhenyak dalam satu Whatsapp grup. Isinya cukup menampar.  Jangan salahkan jika orang lain harus bepergian keluar rumah. Bisa jadi keluarganya butuh tetap makan. Kemampuan masing-masing berbeda.  Kita menghadapi badai yang sama, tetapi kita naik kapal masing-masing dengan ukuran 'ekonomi' yang beda-beda.

Jika anda masih bisa duduk manis di rumah, stay at home, working from home, studying from home. Maka berbahagialah. Anda bisa melakukan itu karena keuangan anda masih cukup. Tabungan anda masih bisa menghidupi keluarga di rumah. Namun jangan pikir, mereka yang keluar rumah itu sama dengan anda. Tidak kawan! 

Mungkin dia ingin bisa stay at home seperti yang lain. Tapi dia tidak punya tabungan. Dia ingin bekerja dari rumah. Tapi kerjaannya kerjaan lapangan, tidak bisa dari laptop. Dia ingin tidak ngapa-ngapain. Tapi dapur tidak lagi berasap. Keluarga butuh pangan. Bantuan Pemerintah tidak serta merta mencukupi itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun