Karya temuan dalam riset yang dihasilkan bersusah payah, untuk memenuhi kaidah-kaidah akademik, kebaruan, sumbangsih pada dunia kelimuan, pun akhirnya hanya menjadi purwarupa (prototype) yang dipajang di laboratorium kampus.
Di lain sisi, jurnal-jurnal ini kadang peneliti harus bayar biaya penerbitannya. Semakin kayalah 'pengusaha' publikasi jurnal tersebut. Pada taraf ini, para peneliti saling berbagi keilmuannya. Saling review satu dengan lainnya. Peneliti memintarkan peneliti. Lah masyarakat umum mendapat apa?
Mengapa perlu 'membumikan' hasil riset pada publik?
Bagi peneliti yang kegiatannya bersumber dari uang rakyat 'APBN', maka selayaknya pula publik berhak mengetahui apa hasil riset tersebut. Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pada rakyat. Tidak hanya ekslusif di kalangan peneliti.
Menulis artikel dalam bentuk ilmiah populer merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat. Tentu dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan kira-kira pembacanya bukan orang yang memahami bidang penelitian penulisnya. Bahasa yang komunikatif, langsung ke pokok permasalahan, tidak bertele-tele. Narasi singkat, jelas, dan mudah dipahami oleh orang awam.
Dedi Junaedi, dalam artikelnya “Bahasa Jurnalistik” mengatakan bahwa tulisan hasil riset para peneliti mestinya bermanfaat kepada orang banyak.
Budiman mengungkapkan, dalam makalahnya yang berjudul "Teknik Menulis Artikel Ilmiah Populer", bahwa peneliti dan jurnalis tidak jauh beda, sama-sama menggunakan panca indra dan berpikir untuk menulis dengan bidang yang berbeda.
Apa untungnya memasyrakatkan hasil riset melalui tulisan populer?
Banyak penelitian terhampar di jurnal internasional. Namun tidak pernah menjadi sesuatu yang berguna bagi masyarakat umum. Hanya sekedar menjadi wacana.
Hanya mendapat indeks, dirujuk atau di-sitasi, dan sebagainya. Sayang sekali jika hasil riset dan publikasi yang sudah lolos uji akademik ini, tidak berbicara banyak di ruang publik. Tidak berhasil membawa perubahan apapun bagi masyarakat.
Agar hasil riset itu memberi manfaat, perlu juga dikomunikasikan atau didiskusikan di ruang publik. Ide-ide cemerlang para cendikia itu perlu mendapatkan uji publik.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Bisa melalui diskusi dalam seminar/webinar, tetapi ini biasanya kalangan terbatas. Paling mudah itu, ya dibuat menjadi tulisan karya jurnalistik, atau artikel ilmiah populer.