Lingkaran Hermeneutik (Hermeneutic Circle)
Proses pemahaman selalu bergerak antara bagian dan keseluruhan. Dalam akuntansi, pemahaman terhadap satu item laporan (seperti laba atau aset) harus dikaitkan dengan konteks keseluruhan organisasi (tujuan, nilai, dan budaya). Sebaliknya, pemahaman terhadap organisasi diperoleh melalui interpretasi bagian-bagiannya.
Konteks Historis dan Sosial
Dilthey menegaskan bahwa makna hanya dapat dipahami dalam konteks sejarah dan budaya yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak bisa ditafsirkan secara universal, tetapi harus dipahami dalam konteks lingkungan ekonomi, sosial, dan moral dari entitas yang melaporkannya.
Ekspresi Kehidupan (Expression of Life)
Setiap praktik akuntansi adalah bentuk ekspresi kehidupan manusia yang mengandung nilai-nilai dan tujuan. Misalnya, praktik tanggung jawab sosial perusahaan (CSR reporting) mencerminkan kesadaran etis terhadap masyarakat, bukan sekadar pemenuhan regulasi.
Keterlibatan Subjektif Penafsir
Dalam hermeneutik, penafsir tidak mungkin netral sepenuhnya. Dalam akuntansi, auditor, analis, atau peneliti membawa perspektif dan nilai sendiri dalam memahami data. Kesadaran akan keterlibatan ini penting agar penafsiran menjadi reflektif dan etis.
Dengan demikian, teori akuntansi dalam pendekatan hermeneutik Dilthey berfokus pada pemahaman makna sosial dan interpretasi nilai-nilai di balik praktik akuntansi, bukan sekadar pada keakuratan teknis pengukuran keuangan.
4. Relevansi Konseptual dalam Era Modern
Pemahaman hermeneutik terhadap akuntansi menjadi semakin relevan di era modern yang ditandai oleh kompleksitas sosial dan tuntutan transparansi. Dunia bisnis kini tidak hanya diukur dari kinerja keuangan, tetapi juga dari nilai-nilai etika, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan. Untuk memahami dan menilai hal-hal tersebut, diperlukan pendekatan yang mampu menafsirkan makna di balik laporan, bukan sekadar menghitung angka.
Sebagai contoh, laporan keberlanjutan (sustainability report) tidak hanya menyajikan data kuantitatif tentang emisi atau efisiensi energi, tetapi juga merefleksikan nilai moral organisasi terhadap lingkungan dan masyarakat. Hermeneutik Dilthey memungkinkan peneliti dan pengguna laporan untuk memahami makna moral dan kemanusiaan yang terkandung dalam pelaporan tersebut.
Dengan demikian, What dari teori akuntansi dalam pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey dapat disimpulkan sebagai berikut:
"Sebuah pendekatan teoritis yang memandang akuntansi sebagai praktik sosial yang mengekspresikan nilai dan makna kehidupan manusia, di mana laporan keuangan dipahami sebagai teks yang harus ditafsirkan secara kontekstual melalui proses pemahaman (verstehen), dengan mempertimbangkan sejarah, budaya, dan kesadaran pelaku yang terlibat di dalamnya."