Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Beda Perlakuan Wanita Paruh Baya dan Wanita Milenial pada Plastik Kresek

16 November 2021   11:14 Diperbarui: 16 November 2021   11:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wanita Tanpa Plastik

Sembari berjalan pulang dari pasar kaget, saya senyum-senyum sendiri teringat pembicaraan dengan pemilik kios buah di sana. Saat itu usai memilih buah-buah potong, seorang pegawai kios mengulurkan plastik transparan/ kresek agar saya bisa mengemas dalam satu tas namun bapak tua pemilik kios segera menyergah,

"Kalau dia sih ndak usah dikasih tas plastik, pasti nolak. Dia kan wanita tanpa plastik."

Whaat? Bapak tua itu sampai memiliki julukan untuk saya yang selalu menolak tas plastik dan memilih segera memasukkan buah-buah tersebut dalam tas belanja dari bahan ramah lingkungan yang selalu dibawa. Ternyata bukan hanya bapak tua itu yang memperhatikan kebiasaan saya, tiap kali usai memilih sayur-sayur yang akan dibeli, ibu pemilik kios sayur akan menawarkan,

"Pakai tas plastik atau tidak?"  

Masih merasa takjub, bagaimana para pedagang kecil itu menandai kebiasaan para pelanggannya yang satu ini - mengurangi pemakaian plastik. 

Bukan hal yang besar jika dibandingkan kiprah teman-teman yang sampai membuat komunitas yang aktif mendirikan tempat olahan sampah, menampung plastik-plastik yang bertebaran, atau seperti putri sahabat saya yang bekerja sama dengan pengrajin membuat tas belanja dari plastik daur ulang. 

Saya menganggap mereka semacam pahlawan penyelamat bumi dan memang profil bisnis putri sahabat itu diangkat  oleh Kemenko PMK sebagai bisnis milenial yang berkelanjutan, sementara saya hanya sekedar tak ingin menjadi kontributor sampah plastik di muka bumi. 

Hal itu berawal dari peristiwa saat menginap di daerah pantai Carita, Anyer sekitar 15 tahun lalu. Kami sedang bermain-main di pinggir laut, saat merasa kaki yang di dalam air dibelit oleh aneka tumbuhan laut. Sungguh terperanjat demi mengetahui bahwa yang membelit kaki kami adalah aneka sampah plastik. Sejak itu berjanji dalam hati untuk sebisa mungkin mengurangi sampah plastik.

Pada kenyataannya pembuangan sampah plastik ke laut itu memang  massif hingga World Economic Forum di tahun 2016 menyampaikan ada lebih dari 150 juta ton plastik yang masuk ke perairan, padahal tiap tahunnya bertambah sebanyak 8 juta ton. Sungguh mengerikan membayangkan manakala di lautan ada 150 juta ton sampah plastik lantas tiap tahun ditambah 8 juta ton sampah, apa kabar nasib bumi dan segenap isinya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun