Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika yang Tersisa Hanya Jokowi dan Saya

14 April 2021   15:00 Diperbarui: 14 April 2021   15:10 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: next-episode.net

Tahun 2020 adalah tahun yang luar biasa bagi umat manusia di seantero jagat ini dengan hadirnya Corona diantara kita. Saat para petinggi Negeri masih menjadikan Corona sebagai bahan candaan dengan menyebut bahwa orang Indonesia kebal terhadap Corona karena kulitnya yang coklat sawo matang dan makanannya yang sego kucing sanggup menghalau virus Corona. Mata saya sudah nyalang mengamati berita demi berita di berbagai belahan dunia lain tentang bagaimana Corona sudah menyerang warga mereka. Ribuan orang tumbang dalam sehari akibat virus Corona tidak menggetarkan hati para petinggi Negeri.

Hingga akhirnya ditemukan 2 kasus Corona dari Depok ( yang berobat di DKI Jakarta ) 2 Maret 2020 barulah keberadaan Corona resmi diakui. Padahal mata nyalang saya sudah menemukan kasus Corona yang berakhir dengan kematian di RS Kariadi -- Semarang pada akhir tahun 2019.

Walaupun sudah memiliki wawasan yang cukup mengenai kehadiran Corona yang kemudian lebih dikenal dengan nama Covid-19 namun ternyata saya termasuk yang terpukul saat Presiden Jokowi menyampaikan kepastian hadirnya Covid-19 itu. Hingga saat PSBB pertama diberlakukan 10 April 2020 lalu, saat  berjalan pagi menyadari betapa lengangnya jalan yang biasanya cukup ramai dilewati oleh orang-orang yang akan berangkat kerja. Pedagang kue-kue untuk sarapan pagi terpaku di tempatnya hingga akhirnya bertanya pada pemilik toko kelontong di seberang tempatnya berdiri,

"Saya buka enggak ya."

Pedagang kelontong menjawab, "Tengoklah jalan lengang begini, siapakah yang akan membeli daganganmu. "

Pedagang kue sependapat dan segera mengemasi dagangannya untuk dikembalikan pada para pemasok. Para pemasok pasti menangis menerimanya.

Entah kenapa saya jadi berpikir, beginilah kenyataan dari hadirnya Corona. Demi membatasi penyebaran, orang diminta berdiam diri di rumah namun akan muncul dilema pada berhentinya kegiatan ekonomi. Korban-korban akan berjatuhan bukan hanya karena virus itu tapi juga karena tidak adanya pendapatan.

Sungguh hal ini membuat saya sangat terpukul dan tanpa sadar airmata berjatuhan tanpa bisa dibendung. Menyusuri jalan lengang, airmata  terus bercucuran. Dan daya khayal yang datang tak diundang mulai bekerja dengan kecepatan tinggi. Daya khayal tinggi yang acapkali timbul saat saya sendiri itu terkadang mengantar pada critical moments. Beberapa kali saat menyetir sendiri, tetiba hampir menabrak orang, pembatas jalan atau mobil orang hingga akhirnya saya memutuskan untuk berhenti menyetir mobil dan mengandalkan jasa taksi online.

Coba tebak kali ini imajinasi membawa kemana?

Bukan sulap bukan sihir namun yang terbayang malah akhirnya virus Covid-19 ini menulari seluruh manusia di Indonesia kecuali saya dan Presiden Jokowi. Kami harus berlari dan berburu sebagian kecil manusia yang sudah tertular dan masih hidup karena sebagian besar manusia sudah meninggal akibat Covid-19. Dan dikesunyian hari yang kelam itu sungguh memikirkan hidup berdua saja dengan Jokowi di bumi Indonesia ini ternyata tidak asik. Saya tidak tahu kenapa sosok Jokowi yang muncul namun jikapun yang muncul Sultan Andara atau Youtuber Famous Se Asia tetap saja hidup jadi tidak asik. Saya perlu kehadiran dan kebersamaan dengan saudara-saudara sekandung, para tetangga yang biarpun kadang menyebalkan tapi sepertinya hidup lebih asik dengan mereka dibandingkan tanpa mereka, bahkan dengan para tukang sayur, satpam kompleks, mbak jumantik, mbak penagih arisan yang menganggap rumah kami adalah rumah si Nenek yang mantan ART.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun