Niel menuruti saranku. Aku berdiri di dekat sepedanya. Cukup lama Niel di masjid sebelum akhirnya muncul lagi.
"Aku dah beli bubur ayam nih, mau sarapan di teras rumahku? Kata orang sih perut kenyang bikin hati senang."
Niel mengangguk senang namun kusampaikan syarat, "Jangan ngebahas apa-apa ya."
"Jadi kita makan aja ga pakai ngobrol?"
Aku mengangguk, dia tertawa. Dan memang selama menikmati bubur ayam di teras rumah, kami hanya bertukar percakapan tentang pekerjaan serta berbagai issue yang hangat saat ini. Yah perbincangan antara content creator dan petugas divisi marcom suatu instansi plat merah.
Kami sering berpapasan saat pagi hari, aku berjalan pagi -- dia bersepeda. Hingga suatu saat Niel mencegatku. "Nih dah saya beliin mie ayam, ke terasmu yuk."
Jadilah kami menikmati mie ayam, Niel dengan cepat menyantap  dan dalam sekejap mie ayam tandas. Usai melap mulutnya, tanpa tedeng aling-aling, dia membuka percakapan,
"Maaf Dee, aku sudah tidak bisa menahan lagi.Semoga kamu tidak keberatan untuk menjelaskan tentang perselingkuhan Winda."
Aku tertegun dan bertanya, "Kamu tahu darimana?"
"Dari pengakuan Winda. Saat ia terbaring sakit itu dan betapa nyaris tiap kali cuci darah, aku mengantarnya ke Rumah Sakit. Dia akhirnya merasa bersalah dan membuat pengakuan serta meminta maaf."
Ya, penyakit autoimun yang dideritanya itu kambuh lagi dan kali ini membuat ginjalnya jadi bermasalah, hingga harus menjalani cuci darah. Aku menarik napas panjang lantas bertanya padanya,