Mohon tunggu...
Muhammad Firdaus Ismail
Muhammad Firdaus Ismail Mohon Tunggu... Pengajar Muda -

Muhammad Firdaus Ismail, biasa dipanggil Edo, merupakan lulusan Perikanan Universitas Gadjah Mada. Saat ini aktif sebagai Pengajar Muda Indonesia Mengajar penempatan Rote Ndao. Edo mempunyai semangat tinggi untuk belajar menulis. Oleh karena itu, sangat ditunggu saran dan masukan tentang tulisan-tulisannya. Terima kasih dan salam semuanya . . Twitter : @daussismail fb :Muhammad Firdaus Ismail wa :081284051031 blog : dausismail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jek : Si Jenius Tanpa Kata

13 Desember 2015   06:13 Diperbarui: 13 Desember 2015   10:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah. Seekor kura-kura terlihat sedang berjalan sendirian di tepi hutan, ia berjalan lamban dan kurang bersemangat. Rupanya ia iri dengan kemampuan si Rusa yang bisa berlari cepat sedangkan ia hanya bisa berjalan lamban sekali. Si Rusa mengabarkan bahwa si Raja Hutan sedang kelaparan dan ingin memangsa siapa saja yang ditemuinya.

Melihat si Kura-Kura yang lamban ia mengatakan, wah kalo si Raja Hutan bertemu denganmu pasti kamu akan menjadi santapannya, karena berlari saja kamu tidak mampu. Mendengar perkataan si Rusa maka Kura-Kura pun minta tolong untuk diajarkan bagaimana cara berlari cepat sehingga bisa terhindar dari ancaman si Raja Hutan.

Rusa pun mengajarkan cara berlari yang cepat untuk menghindar dari terkaman si Raja Hutan. Kura-kura belajar siang dan malam tanpa lelah, namun meskipun berusaha sekeras mungkin tetap saja ia berlari tidak secepat rusa.

Suatu hari, tanpa sengaja si Kura-Kura bertemu dengan si Raja Hutan. Melihat si Raja Hutan yg sedang kelaparan dan siap memangsanya, si Kura-Kura berlari secepat yg ia bisa, namun jalan si Kura-Kura terlihat malah aneh dan si Raja Hutan malah tertarik untuk menangkapnya. Ia pun menangkap dan mempermainkan si Kura-Kura dengan cakarnya yg tajam. Akhirnya si Kura-Kura pasrah dan menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung sambil berdiam diri menunggu eksekusi si Raja Hutan.

Si Raja hutan berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan tempurung Kura-Kura dengan kukunya yang tajam, dan dengan gigitan-gigitannya, namun tempurung itu sangat kuat, kokoh laksana baja. Akhirnya si Raja Hutan menyerah dan meninggalkan Kura-Kura bersama tempurungnya.

Kejadian itu rupanya diamati oleh seekor monyet yang ada di atas pohon. Si Monyet memberitahu Kura-Kura bahwa ia selamat dan si Raja Hutan telah meninggalkannya dengan frustasi. Beruntung kamu Kura-Kura karena kamu mempunyai tempurung yang kuat sebagai pelindungmu, tanpa harus bersusah payah untuk lari atau memanjat pohon seperti kami, ujar si Monyet.

Seperti pada kisah tersebut, kali ini aku akan bercerita tentang salah satu muridku yang spesial di sekolah kami, Ia adalah Jek. Pada tulisan sebelumnya yang berjudul “Persahabatan Jek dan Yan”, aku sudah sedikit bercerita tentang Jek yang spesial. Dia mempunyai keterbatasan tidak bisa bersuara seperti anak seusianya pada umumnya. Keterbatasan yang membuat dia tidak bisa membaca dan berkomunikasi lisan dengan teman-temannya, Namun di balik itu, Jek punya kelebihan lain. Apa kelebihannya, begini ceritanya . . .

Saat itu pelajaran Matematika Bab Bangun Ruang. Awalnya aku menanyakan kepada anak-anak, “Anak-anak, kita su belajar tentang bangun datar, coba sebutkan nama-nama bangun datar?” Tanyaku. “Persegi pak, persegi panjang, lingkaran, layang-layang, trapesium, segitiga, segitiga sama kaki.” Jawab murid-muridku dengan lantang. Kelas pun menjadi ramai karena dengan lantang dan semangat murid-muridku menjawab pertanyaanku tadi. Hanya Jek yang tidak menjawab.

“Nah, setelah kita belajar tentang bangun datar, kita akan belajar tentang bangun ruang. Haiyoo,, siapa yang bisa kasih contoh nama bangun ruang?” Tanyaku pada anak-anak. Kemudian aku pun menunjukkan beberapa bangun ruang yang telah aku persiapkan sebelumnya. Mulai dari kubus hingga bangun ruang bola aku tunjukkan ke anak-anak. “Nah, sekarang pak akan memberikan masing-masing satu bangun berbentuk kubus, tugas kalian adalah imajinasikan bangun kubus ini menjadi sebuah gambar di buku tulis kalian.” Perintahku. “Siap pak . . .!” Jawab muridku dengan lantang. “Butuh waktu berapa menit?” tanyaku. “Sepuluh menit pak, tiga puluh menit pak, lima menit sa pak,” jawab murid-muridku dengan ribut. “Ya sudah, pak kasih waktu lima belas menit dulu ya, kalau su ada yang selesai kasih tahu pak” kataku. “Siap pak . . .!“ jawab muridku dengan serentak.

Anak-anak pun memulai melihat-lihat, membolak-balik dan mengamati dengan seksama kubus yang saya berikan ke anak-anak. Mereka mulai mencoba-coba apa yang ia amati dalam bentuk gambar. Terlihat anak-anak menggambar, coret, gambar lagi, coret lagi. “Bagaimana anak-anak, su pada menyerah ko?” tanyaku. “Sonde pak, be son menyerah,” jawab anak-anakku. Mereka tampak tidak pantang menyerah meskipun berkali-kali menggambar dan mencoret. “Begini ko pak?”, Be su selesai pak, seperti ini ko?”, Iya pak, be ju su selesai, seperti ini ko?” murid-muridku mulai beribut. Kemudian aku pun melihat hasil mereka satu per satu. “ Wah, bagus sekali gambarnya, sedikit lagi benar ni.” Jawabku.

[caption caption="Muhammad Firdaus Ismail"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun