Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Muslihat Bunga Anggrek

2 Juni 2021   03:45 Diperbarui: 2 Juni 2021   04:24 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi si tulip tidak salah. Disini memang membosankan! Kalau kita terus -- terusan tinggal di bukit gersang ini, lama -- lama kita juga bakal mati kebosanan!" kata si melati.

"Benar apa yang melati bilang. Kupikir lebih baik hidup singkat tapi penuh makna, ketimbang hidup lama tapi sekarat dalam kebosanan." kata si bugenvil.

"Oh, jadi kalian sudah tidak sayang dengan nyawa kalian? Apa kalian tak ingat nasib teman kita si anggrek?"

Si melati, tulip dan bugenvil mendadak terdiam.

"Jangan membicarakan dia lagi." kata si melati setengah ketus.

"Tidak, tidak. Justru saat ini saat paling tepat membicarakannya. Kalian tentu masih ingat, dia pergi seorang diri entah kemana, dan tak pernah kembali. Dia bunga yang tak pernah bohong, tapi dia harus mati dimangsa mandrake itu."

"Kalau saja dia mau mendengar pertimbangan kita, mungkin dia tak akan bernasib apes seperti itu. Bukankah kejadian itu sudah cukup agar kita lebih hati -- hati dalam bertindak?"

Ketiga bunga itu masih menahan suaranya.

"Aku pikir, merasa bosan di tempat ini sudah tak bisa kita hindari. Tapi kalau kita tetap memaksa turun ke bawah, aku takut hidup kita berhenti sampai disini, karena mandrake jahat itu akan menyerang kita lagi."

Saat keempat bunga itu meratapi kebosanan yang melanda mereka, perlahan -- lahan kegelapan malam mulai memudar. Dari ufuk timur, cahaya biru muda berbaur dengan jingga dan putih mulai merekah. Matahari mengintip dari balik sebuah awan, untuk naik menuju langit atas dan memutari dunia sekali lagi. Dan jauh di bawah bukit itu, tampaklah sekelebat bayangan berjalan menuju ke atas bukit. Keempat bunga itu mengamati dari atas, dan menemukan bahwa itu adalah bunga anggrek.

Bunga -- bunga di atas bukit merasa tak percaya akan yang dilihatnya. Ratusan bunga itu mengira bahwa anggrek telah tiada, namun kini ia sudah berdiri di depan mereka pada pagi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun