Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kisah Petani Wortel dan Seorang Saudagar Kaya

30 November 2020   00:26 Diperbarui: 30 November 2020   22:02 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Wortel dan Saudagar Kaya Sumber Ilustrasi: Pixabay

Alkisah, di suatu daerah terpencil hiduplah seorang petani. Ia sedang menjaga kebunnya di siang hari itu. Lalu lewatlah seorang laki -- laki naik kuda dan menyapa petani itu.

"Hai Pak Tani. Aku sudah lama tidak makan wortel. Bolehkah aku meminta satu wortelmu?"

Melihat itu, petani menjawab, "Baik Tuan, silahkan ambil sendiri sesuka Tuan."

Lalu pengendara kuda itu turun dan segera mencabut satu wortel di dekatnya. Ia mengupas kulitnya lalu memakannya. "Hmm.. Enak sekali wortel ini, Pak Tua. Kau memang pintar menanam wortel."

Setelah wortel habis, lelaki tadi merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa koin emas. "Ini Pak Tua. Ambillah. Uang ini untukmu."

"Terima kasih Tuan, tapi saya tidak mengharap diberi apa-apa. Saya hanya ingin memberi Anda wortel."

"Tidak apa-apa. Oh ya, aku lupa mengenalkan diri. Aku adalah seorang saudagar yang tinggal di pusat kota. Kebetulan aku kesini untuk jalan-jalan dan perutku lapar. Jadi biarkan aku memberimu uang ini."

Meski dengan berat hati, petani itu menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Lalu saudagar tadi pamit dan bilang akan kesini lagi untuk minta wortel.

**

Namun keesokan harinya, saudagar itu tak kunjung tiba. Sampai berhari-hari lamanya, saudagar itu tak menampakkan batang hidungnya. Karena penasaran, petani itu pergi jalan-jalan ke pusat kota. Ia melewati beberapa kebun tetangganya dan bertegur sapa.

"Oh, saudagar yang naik kuda itu kan? Dia juga sering kesini untuk minta bayamku. Lalu ia memberiku koin emas, persis seperti yang kau alami," kata tetangga yang punya kebun bayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun