Sebonggol jagung manis
Tergeletak tak berdaya di depanku
Tampaknya ia butuh pertolongan
Wajahku mendekatinya, menanyainya dan memperhatikannya
Semua baik saja? Tanyaku
Si jagung membalas
Tentu
Tapi kau terlihat tak semanis biasanya
Dia hanya menggeleng
Coba saja kemanisanku
Lalu ia mempersilahkan tanganku menggenggamnya
Ia mengizinkan taringku mengoyaknya
Ia membiarkan lidahku menyesap sari manisnya
Perkataannya benar
Dia masih manis seperti biasanya
Setelah keinginannya kukabulkan, kini ia tiada
Ia sudah tidak ada di depanku lagi
Ia tak kugenggam lagi
Ia tak bisa kunikmati lagi
Jiwanya sudah masuk ke dalam kerajaan perut kecilku
Sisa dari keberadaannya nihil
Hanya kenangan rasa manis yang masih terngiang
Tapi
Saat rasa manis itu pun hilang
Entah kenapa
Tiba - tiba aku merasa pahit
Sebuah suara menanyaiku
Kau baik saja? Tanyanya
Aku membalas
Tentu, siapa itu?
Tak ada jawaban, tapi pernyataan
Kau terlihat tidak senyaman biasanya
Aku menggeleng
Oh, rupanya itu kau, si jagung
Kalau kau tak percaya, coba saja kenyamananku
Lalu ia pergi entah kemana
Ia juga tak pernah kembali
Aku tak tahu apa yang terjadi dengannya
Tapi yang jelas
Aku masih nyaman - nyaman saja
Seperti biasanya