Plato memang dengan tegas menyatakan bahwa tingkat awal seseorang jatuh cinta pada keindahan tubuh dan fisik, nafsu memainkan peran penting disini sebagai sumber daya tarik paling nyata dan mudak diakses indera. Namun ketertarikan itu hanyalah tahap pertama, sebuah titik awal, yang membuka kesadaran jiwa tidak terpaku pada fisik belaka. Â Kemudian seseorang akan menyadari bahwa keindahan fisik hanya bayangan dari keindahan, sehingga mengalihkan perhatian dan fokus pada keindahan jiwa, karakter dan kualitas moral seseorang. Pada tahap ini cinta jadi lebih spritual dan tidak lagi dipengaruhi faktor jasmani dan bafsu.
Artinya, Cinta akan bertransformasi dari fokus pada tubuh dan nafsu yang sifatnya sementara dan parsial ke arah cinta lebih mendalam dan abadi, yang kemudian manusia mengalami proses pembebasan dan transendensi menjadikan manusia tidak lagi melihat realitas fisik tetapi mencapai kehidupan lebih bermakna dan lebih sempurna secara spritual. Proses ini menunjukkan mkna penting evolusi cinta menjadi jiwa untuk keutuhan dan kebahagiaan sejati.
Cinta yang berawal dari ketertarikan fisik dan nafsu sering didasarkan pada kepuasaan diri belaka. Oleh karena itu Plato mendefeniskan cinta berbentuk "Eros" yang termasuk didalamnya bentuk cinta karena faktor fisik dan kecantikan, tetapi Plato kemudian menegaskan bahwa Eros bukan hanya cinta romantis belaka, tetapi kekuatan yang menggerakkan jiwa mencari keindahan dan kebaikan.
Plato kemudian menegaskan bahwa bentuk cinta Eros bersifat terbatas dan sementara, sedangkan bentuk cinta setelah cinta Eros adalah Cinta Philia, yaitu hubungan cinta bersifat lebih dalam dan rasional, berbentuk cinta yang muncul dari penghargaan dan saling menghormati antar individu yang memiliki kesamaan nilai, minat dan tujuan.Â
Sedangkan puncak cinta tertinggi dan merupakan bentuk cinta paling tinggi dan tanpa syarata adalah "Cinta AGAPE", yaitu cinta tanpas syarat, mencintai apa adanya, tanpa mengharapkan balasan, bahkan siap berkorban. Inilah bentuk cinta spritual, universitas dan philosopis, sehingga sering dianggap cinta illahi atau cinta sejati yang tulus, murni dan abadi melampaui aspek pribadi dan mengarah ke kasih universal (Ladder of Love).
"Cinta tertinggi adalah cinta kepada keindahan itu sendiri", Cinta seperti ini mendorong jiwa mencapai kebijaksanaan, kebenaran dan kesempurnaan  moral", Kata Plato.
Cinta paling sempurna menurut Plato adalah "Cinta Filosofis dan Spritual"Â yang menggerakkan jiwa melampaui gairah fisik menuju pencapaian "kebaikan", "keindahan" dan "kebenaran"Â yang berguna sebagai pilar dan tonggak hidup bermakna dan penuh kebijaksanaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI