Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Khofifah Masuk Radar Prabowo Sehingga Muhaimin Terancam

14 Februari 2023   16:48 Diperbarui: 14 Februari 2023   18:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Khofifah Temui wartawan usai jamuan makan malam, Surabaya, (13/2/2023). Kompas.Com/Achmad Faisal

Prabowo Subianto Ketum dan Capres Partai Gerindra, di Surabaya, Senin (13/2/2023), menjamu makan malam Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan berbicara empat mata di ruang tertutup.

Pertemuan itu tentu mengundang perhatian publik karena dikaitkan dengan Pilpres 2024, dan nasib Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang selama ini digadang-gadang sebagai Cawapres Prabowo Subianto.

Momen pertemuan di Surabaya ini tidak lama berselang dengan pertemuan Muhaimin Iskandar bersama Ketua Umum Golkar di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Asumsi publik akhirnya menduga-duga pertemuan yang dilakukan atas undangan Prabowo Subianto terhadap Khofifah sebagai sebuah sentilan kepada Muhaimin Iskandar yang selama ini memposisikan diri sebagai representasi kaum Nahdliyin untuk mencalonkan diri sebagai Cawapres.

Belakangan ini memang keberadaan Muhaimin Iskandar sebagai bagian keluarga besar dan representasi NU memperoleh banyak cobaan dan menimbulkan tanda tanya besar.

Tidak hadirnya Muhaimin Iskandar di perhelatan besar Harlah NU se-Abad menimbulkan polemik dan seakan jadi pertanda ada ketidak harmonisan antara Muhaimin Iskandar dengan Elit Pimpinan PB NU.

Padahal sebelumnya Dewan Syura PKB menggelar Ijtima Ulama Nusantara, di Hotel Milenium Jakarta (13-13/1/2023) yang di klaim sebagai pertemuan para Kiyai Nu dan menghasilkan rekomendasi mendukung dan mendesak Muhaimin Iskandar sebagai Capres besutan PKB, dan merupakan sebuah sinyal mendesak Partai Gerindra dan Prabowo agar segera mendeklarasikan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.

Tetapi kemudian beberapa kalangan petinggi PB NU menanggapi rekomendasi tersebut dengan sinis dan mengatakan agar tidak ada partai politik membawa-bawa nama NU ke ranah politik terutama Pilpres. NU independen dan warga Nahdliyin dianggap sudah pintar sehingga paham persis siapa sesungguhnya pigur politisi yang bisa memahami dan representasi NU.

Kedua peristiwa tersebut memojokkan posisi Muhaimin Iskandar dan menimbulkan tanda tanya sejauh mana keberadaan Muhaimin Iskandar mampu sebagai pigur representasi Nahdliyin serta seberapa besar suara NU bisa memilih Prabowo Subianto.

Ditengah dugaan polemik Muhaimin Iskandar dengan kalangan NU maka wajar jika Partai Gerindra dan Prabowo Subianto melakukan perhitungan ulang dan menimbang kembali potensi Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres yang mampu mendulang suara tambahan.

Sebagaimana disampaikan Prabowo Subianto, pertemuannya dengan Khofifah kali ini merupakan pertemuan kedua, setelah sebelumnya bulan Mei 2022 ada juga pertemuan atas undangan Khofifah sendiri. Dan pertemuan ini bukan sekedar pertemuan balasan, karena Prabowo Subianto menyampaikan bahwa dalam pertemuan tersebut mereka berdua banyak bicara tentang keberadaan dan sepak terjang NU secara domestik, Nasional dan Internasional.

Penekanan terhadap materi perbincangan tentang NU merupakan sebuah isyarat bahwa pertemuan itu tidak bisa dipungkiri berkaitan erat dengan potensi NU dan peluang pigur representasi NU yang dianggap layak dan berpotensi berpasangan dengan Prabowo Subianto, serta memberi efek kuat memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Jika dalam pertemuan itu Prabowo Subianto bicara tentang kemungkinan berpasangan dengan Khofifah untuk bertarung di Pilpres 2024, hal itu sah-sah saja dan merupakan sebuah alternatif yang memungkinkan serta sangat potensial ditengah kondisi saat ini yang cenderung meragukan Muhaimin Iskandar sebagai representasi warga Nahdliyin.

Khofifah secara kasat mata dapat terlihat memiliki potensi besar sebagai pendulang suara di Jawa Timur yang merupakan basis utama NU. Selain sebagai Gubernur Jawa Timur, Khofifah juga termasuk salah satu pigur tokoh penting NU, yaitu sebagai Ketua Muslimat NU selama empat kali.

Kemampuannya mendulang suara di Jawa Timur telah terbukti dengan memenangkan kontestasi Pilgub Jawa Timur, dan sampai hari ini belum ada terdengar berita buruk tentang kedekatan hubungan Khofifah dengan petinggi NU dan warga Nahdliyin.

Jika Khofifah berpasangan dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024, pasangan ini diprediksi akan mampu mendulang perolehan suara secara signifikan di Jawa Timur sebagai salah satu wilayah di Pulau Jawa sering jadi faktor penentu kemenangan Pilpres, dan sudah barang tentu tidak bisa dilupakan bahwa Jawa Timur adalah wilayah basis NU, terutama di daerah tapal kuda.

Bagi Prabowo Subianto sendiri keberadaan massa pemilih Jawa Timur sangat penting, dan dianggap sebagai salah satu faktor utama menentukan kemenangannya menuju kursi RI 1. Karena Jawa Tengah identik dengan basis PDI Perjuangan, sedangkan Jawa Barat, Banten, dan DKI merupakan wilayah pertempuran sengit bagi semua partai politik papan atas. Sehingga di asumsikan jika mampu menguasai Jawa Timur maka peluang Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024 sudah di depan mata, tinggal masuk genggaman.

Perhitungan itulah yang diduga membuat Partai Gerindra dan Prabowo Subianto tidak buru-buru memutuskan Cawapres pasangannya, karena memang Jawa Timur, khususnya warga Nahdliyin memiliki peran penting untuk menentukan kemenangan di Pilpres.

Dengan begitu, Khofifah Indar Parawansa merupakan salah satu pigur potensial dijadikan Cawapres Prabowo Subianto. Sudah barang tentu kemungkinan komposisi seperti itu membuat Muhaimin Iskandar semakin galau, serta tidak bisa tidur nyenyak karena sedang berada dalam posisi terancam tidak jadi berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Dinamika ini masih akan berjalan panjang mewarnai proses pemantapan koalisi yang akan dilakukan Partai Gerindra, dan menimbulkan stimulus bagi PKB untuk bermanuver kembali melirik kemungkinan ganti haluan berkoalisi dengan partai lain, sehingga menjadikan peta dan atmosfir pembentukan koalisi dan pasangan Capres menuju Pilpres 2024 masih tetap dalam kondisi cair, satu pun belum memiliki kepastian, termasuk rencana koalisi Anies Baswedan yang belum juga memiliki kepastian di tengah langkah Surya Paloh masih rajin wara-wiri kesana kemari.

Selanjutnya kita nantikan keputusan Prabowo Subianto memilih salah satu diantara Khofifah Indar Prawansa atau Muhaimin Iskandar, atau malah justru memilih salah seorang dari Putri Kandung Gus Dur ?

Selamat menantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun