Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Resesi Seks Sinyal Kemerosotan Kemampuan Saling Mencintai

9 Desember 2022   00:30 Diperbarui: 18 Desember 2022   12:00 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burung merpati. | Shutterstock/Daniel Prudek via Kompas.com

Resesi dalam hal ini meminjam istilah dalam ilmu ekonomi yang berarti kemerosotan atau pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Resesi seks diartikan, rendahnya kemauan warga untuk menikah, menurunnya keinginan melakukan hubungan seks. Malas berhubungan seks dalam konteks ini bukan karena gangguan libido (hypoactive sexual desire disorder/HSDD) atau kondisi disfungsi seksual, tetapi karena pilihan hidup atau gaya hidup.

Resesi seks diperkenalkan Kate Julian, seorang peneliti dan penulis di The Atlantic. Resesi ini merujuk pada fenomena hubungan seks yang semakin menurun di sebuah negara.

Mengutip penelitian Jean M. Twenge, profesor psikologi dari San Diego State University yang mencoba mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika, ia menemukan bahwa rata-rata aktivitas seks yang dilakukan orang dewasa menurun dari 62 kali menjadi 54 kali dalam setahun.

Julian menyebut penyebab resesi seks karena banyak orang dewasa mengonsumsi antidepresan, mengalami kecemasan tingkat tinggi, tekanan ekonomi, konsumsi video porno berlebihan, kurang tidur, obesitas, hingga terpengaruh cara mendidik orangtua.

Penurunan aktivitas seks dapat juga terjadi karena pernah mengalami pelecehan seksual, orientasi seksual, prioritas kehidupan, dan kebebasan memilih pasangan hidup.

Dapat juga terjadi karena faktor budaya patriarki yang memposisikan perempuan termarginalkan, perempuan tidak memperoleh hak yang sama dalam sektor tertentu, dan tidak mengizinkan perempuan memperoleh kesempatan untuk duduk di jabatan tinggi. 

Perempuan dianggap memiliki kewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anak, bukan untuk mengejar karier tinggi.

Ada juga menjadikan mahalnya biaya hidup sebagai alasan tidak tertarik untuk menikah ataupun memiliki anak. Ketidaksiapan finansial dalam hal ini dapat menyebabkan memilih tidak menikah karena biaya pernikahan dirasa terlalu tinggi, dan tidak mau menanggung beban ekonomi akibat memiliki anak. 

Sebagian orang sudah tidak ambil pusing jika tak memiliki anak. Mereka lebih memilih fokus pada kesejahteraan hidup dan kualitas hidup.

RESESI SEKS MELANDA BEBERAPA NEGARA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun