Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengakhiri 2018 dengan Secercah harapan 2019

30 Desember 2018   20:10 Diperbarui: 30 Desember 2018   20:23 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah lama tidak menulis di kompasiana, hari ini  30 Desember 2018, menjelang malam, tiba-tiba muncul niat menulis sesuatu disini.

Tidak ada menyuruh dan tidak ada yang melarang, tiba-tiba saja keinginan menulis ini muncul.

Mengakhiri 2018 memang layak dan pantas melakukan permenungan, atau kontemplasi untuk mengevaluasi apa yang telah terjadi masa sebelumnya, dan kemudian merencanakan tindakan selanjutnya yang lebih baik dan berorientasi ke-sukses-an, dengan tekat melakukan yang lebih baik dimasa yang akan datang dibandingkan yang dilakukan di masa sebelumnya. Motif untuk ingin lebih baik merupakan hal lumrah dilakukan sebagai salah satu esensi kemanusian. Manusia merupakan makhluk paling sempurna dibandingkan primata lain karena memiliki rasio.

Manusia sebagai manusia rasional sudah barang tentu selalu berselancar dengan proses pemikiran, tidak pernah puas dengan kondisi yang sedang terjadi, bahkan selalu melakukan proses berpikir yang lebih menantang demi niatnya meretas rasa ketidakpuasaannya. Itulah salah satu ciri khas manusia, selalu ingin melakukan perubahan dan perbaikan sebagai bukti manusia itu pada essensinya dinamis, rasional dan multidimensional.

Masa lalu adakalanya merekontruksi kenangan, baik bernuasa kenangan manis maupun kenangan pahit, namun kenangan pahit adakalanya menimbulkan memori traumatis yang membelenggu dan meruntuhkan motif melakukan sesuatu, artinya meniadakan esensi dimensi dinamis manusia, bahkan bermetamorfosa jadi statis bahkan boleh jadi menimbulkan kemunduran (degradasi).

Oleh karena itu untuk memetik kemajuan atau kesuksesan yang lebih gemilang tidak ada jalan lain kecuali melakukan proses perbaikan terus menerus. Proses dalam hal ini memiliki makna lebih luas, artinya dalam melakukan penilaian  tidak cukup menilai hasil yang sudah dilakukan. Salah satu contoh perbandingan, misalnya omset penjualan seorang salesman, tidak cukup menilai pencapaian atau tidak tercapainya target penjualan. Gagal dan sukses seorang salesman tidak cukup dinilai dari perolehan omset penjualannya, tetapi penilaian harus dimulai sejak proses perencanaan dan proses perjalanan melakukan penjualan untuk mengejar pencapaian target tersebut.

Demikian juga halnya dengan apapun  yang kita peroleh dan nikmati selama tahun 2018, baik atau buruk merupakan produk akhir dari sebuah proses, sehingga untuk menilai hasil akhir itu harus ditelisik melalui mekanisme proses yang dilakukan.  

Dengan demikian untuk merencanakan target yang ingin dicapai tahun 2019 yang akan datang tidak cukup hanya memperbaiki target, misalnya menetapkan target yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Idealnya untuk memperoleh hasil yang lebih baik di masa yang akan datang langkah perbaikan yang mesti direnungkan atau dianalisa adalah proses atau cara yang dilakukan mencapai target di masa sebelumnya.

Proses pencapaian target sebelumnya apabila sudah dianggap telah dilakukan dengan baik bukan berarti hal itu sudah cukup atau melakukan hal yang sama untuk mencapai target yang akan datang. Walaupun cara atau proses sebelumnya dianggap sudah baik harus terus menerus dilakukan perbaikan yang lebih baik lagi. Proses perbaikan terus menerus merupakan keharusan sebagai proyeksi bahwa manusia itu dinamis dan tidak cepat merasa puas dengan yang sudah dilakukannya.

Proses perbaikan itu merupakan tuntutan zaman, karena umat manusia kini tengah hidup ditengah zaman kompetisi, seorang yang ingin unggul di tengah kompetisi harus memiliki keunggukan komperatif.

Keunggulan komperatif yang dimiliki manusia dibandingkan primata lain adalah kemampuan rasio-nya, nah ketika manusia yang berkompetisi dengan sesama manusia yang sama-sama memiliki rasio, keunggulan komperatif apa yang akan dilakukannya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun