Setelah Tresno bebas dari penjara, selain usianya yang senja, fisiknyapun sudah tak segagah dulu lagi, karena cukup lama dalam penjara, serta terus mengalami siksaan fisik dan bathin. Sehari-hari ia mencoba menyesuaikan diri kembali dengan alam bebas di luar penjara, serta terus aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Pada saat tahun politik tiba, atas dorongan warga yang bersimpati padanya, ia mengikuti kontestasi politik sebagai capres di negeri itu. Kebetulan sistem pemilihan yang berlaku adalah pemilihan langsung. Hasilnya Tresno memenangkan kontestasi politik dengan suara terbanyak, dan kemudian dilantik menjadi presiden yang sah secara hukum.
Setelah Tresno terpilih menjadi Presiden, sipir yang kejam tadi sangat ketakutan atas pembalasan yang akan diterimanya dari si Tresno. Sipir kejam itu selalu membayangkan berbagai hal buruk yang akan diterimanya dari si Tresno sang Presiden itu.
Ketika si Tresno dilantik menjadi Presiden, ia segera mendatangi rutan tempat ia pernah ditahan untuk bertemu dengan sipir kejam yang sering menyiksanya dulu.
Katanya kepada sipir kejam, hal pertama yang saya lakukan setelah dilantik menjadi Presiden adalah "mengampunimu atas semua tindakan kejammu kepadaku". Hal ini membuat sipir kejam itu sangat terkejut, kagum dan menaruh hormat yang luar biasa kepada si Tresno yang baru saja dilantik sebagai Presiden hari itu.
Si Tresno tidak menggunakan kewenangannya untuk melakukan balas dendam kesumatnya. Si Tresno lebih memilih untuk memahami dan mengampuni sipir kejam itu, ketimbang membalas akan perbuatan jahat dan kejam sipir.
Selanjutnya hal baik dari si Tresno ini tertular kepada sipir kejam. Sejak saat itu sipir tersebut bertobat dan merubah perilakunya dari tak berkasih sayang, menjadi orang selalu dan sering mengampuni orang lain. Ia tidak lagi menggunakan hak dan kewenangannya sebagai sipir untuk menghukum dan menyiksa para tahanan yang bersalah, ia lebih memilih memberi pembinaan dan pencerahan. Sipir kejam telah berubah menjadi manusia penuh kasih sayang dalam menyikapi kenakalan para tahanan.
Mencermati uraian di atas, dapat diambil hikmah bahwa sesungguhnya manusia dapat melakukan hal yang luar biasa dalam berpolitik atas dasar "kasih sayang". Kasih sayang dapat merubah benci dan dengki, termasuk dendam politik, menjadi suatu pengampunan yang ikhlas.
Dari kesaksian sejumlah orang yang pernah mengampuni orang lain, katanya, kuasa pengampunan lazimnya dapat melahirkan hal-hal baik yang luar biasa, termasuk pengampunan dalam hal dendam politik.
Pertanyaannya adalah bisakah hal serupa (kasih sayang dan pengampunan) dapat dilakukan oleh para politisi di negeri ini guna mengatasi dan menghindari carut marut politik? Tentu jawabannya ada dalam diri setiap politisi, serta para pendukung dan dayang-dayangnya.
Selamat hari kasih sayang,