Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungan Natal 2022: Datang Menyembah, Pulang Mewartakan

21 Desember 2022   16:11 Diperbarui: 28 Desember 2022   05:28 4572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perayaan Natal bersama orang muda dan remaja Katolik (Dokumen Pribadi)

 

Kisah tentang kelahiran Yesus Kristus di Betlehem diwarnai oleh peristiwa yang paradoksal. Kisah paradoksal itu tercatat dalam Matius 2: 1-14 (Bacaan Injil Malam Natal), dan Matius 2: 15-20 (Bacaan Injil Hari Raya Natal). Pada satu pihak disaksikan bahwa Yusuf dan Maria ditolak oleh pemilik penginapan untuk melahirkan Yesus. 

Namun di pihak lain, pemilik kandang dan para gembala justru lebih tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi oleh Yusuf dan Maria. Pemilik kandang berkenan memberi tempat bagi Maria untuk melahirkan Anaknya, sementara para gembala bersedia datang beramai-ramai menengok bayi Yesus.

Pemilik kandang dan para gembala bersedia menyediakan ruang fisik (kandang), maupun ruang hati (kesediaan untuk menyambut). Mereka merupakan representasi dari umat yang dengan tulus mau menyediakan ruang bagi karya keselamatan Allah. Tidak mengherankan, jikalau kabar baik tentang kelahiran Kristus disampaikan Allah melalui para malaikat-Nya kepada para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka.

Hanya kepada para gembala, para malaikat memberitakan "suatu kesukaan besar bagi seluruh bumi sebab kini telah lahir Kristus Tuhan di kota Daud" (Mat 2: 10-11). Mereka diminta untuk datang mengunjungi bayi Yesus yang terbaring dalam palungan (tempat makanan ternak).

Di Palestina, para gembala pada umumnya miskin, tidak punya pendidikan formal yang tinggi. Mereka sering dicap negatif oleh pimpinan Yahudi karena tidak setia menjalankan hukum taurat. Maka mereka sering disingkirkan dalam pergaulan. Melalui kisah ini, penginjil menyajikan cerita tentang cinta Tuhan bagi semua orang, tanpa kecuali, termasuk bagi penggembala.


Injil kemudian mengisahkan bahwa setelah mendengarkan berita dari malaikat, para gembala saling mengajak untuk pergi ke Betlehem. Ada aspek iman, kegembiaraan dan rasa ingin tahu dalam diri mereka.  

Mereka segera berangkat (Injil: cepat-cepat). Ada spontanitas yang muncul dari dalam batin mereka karena ada kegembiaraan, sebab memperoleh cinta Tuhan lewat malaikat. Seperti yang dikatakan malaikat, di sana mereka berjumpa dengan keluarga kudus (Yesus Maria dan Yusuf). Di akhir cerita penginjil mencatat "Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah...".

Kembali ke mana? Tidak dikatakan. Teks ini bersifat terbuka dan mengundang banyak penafsiran. Namun dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa mereka kembali mewartakan Tuhan di padang (dalam keseharian hidup mereka) dan dimana saja mereka berada.

Pesan Natal 2022

Dalam refleksi Natal tahun ini, saya mencoba menggandengkan antara perikop Injil yang digunakan dalam perayaan Natal, sesuai dengan penanggalan Liturgi Katolik, dengan Tema perayaan Natal tahun 2022 yang disusun bersama antara Gereja Katolik (KWI) dan Persekutuan Gereja Kristen Protestan (PGI).

Pertama: Berjalan bersama

Tema Natal 2022 adalah "Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain". Ayat ini mengingatkan kita akan cerita tentang tiga majus dari Timur dalam Matius 2: 1-12. Ketiga orang majus berjalan bersama-sama mencari dan menemukan Yesus di Betlehem. Demikian pun para gembala segera bergegas bersama-sama menemui Yesus di Betlehem, setelah mendengar warta dari malaikat (Mat 2: 15-16).

Kisah ini memberikan pesan tersendiri bagi kita, suatu ajakan untuk juga berjalan bersama dalam menemukan kehendak Dia yang tinggal di antara kita. Di tengah keberanekaragaman yang ada, kita diajak untuk berjalan bersama memulihkan kehidupan. 

Natal mengajak kita untuk merajut kerukunan, menyulam kembali sikap toleransi, serta bersama berjuaang melawan ketidakadilan dan ketidakjujuran. Natal menggemakan pertobatan ekologis, suatu gerakan bersama untuk memulihkan kehidupan.

Dengan memiliki semangat berjalan bersama, kita boleh menaruh harapan dapat "pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat". Berjalan bersama merupakan kunci sukses mewujudkan harapan.

Kedua: Pulang (kembali), melanjutkan perutusan 

Setelah berjumpa dengan Yesus, ketiga majus itu pulang ke negerinya. Di sana pasti mereka akan mewartakan tentang apa yang telah mereka lihat. Hal yang sama juga terjadi dengan para gembala; setelah bertemu dengan Yesus, kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah.

Pengalaman perjumpaan personal dengan Yesus dan keluarganya, mendorong para gembala untuk segera beralih, yaitu kembali dalam kegembiraan untuk menjadi pewarta cinta Tuhan bagi semua orang. Mereka yang adalah gembala miskin dan kaum pinggiran, ternyata sungguh dicintai Tuhan. Karena itu dalam kegembiraan kini menjadi penyaksi cinta Tuhan dan pewarta bagi siapa saja dan di mana saja.

Natal adalah suatu peristiwa iman, perjumpaan dengan Tuhan. Namun sesudah berjumpa Yesus, orang seharusnya tidak lagi menjalani hidup dengan cara lama, tetapi menjadi manusia baru. Natal mengajak kita untuk menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam arti tertentu "jalan lain" juga berarti secara kreatif menggunakan kemajuan teknologi dan komunikasi sebagai sarana untuk mewartakan kasih Tuhan. Mari mengisi ruang publik dengan mewartakan kesejukan dan kedamaian. Gunakan medsos sebagai sarana untuk berbagi inspirasi. Jangan berjalan dalam jalan yang sesat akibat dibengaruhi oleh berita bohong. Jangan pula menjadi jalan yang sesat bagi sesama dengan menawarkan ujaran kebencian dan merusak kerukunan hidup bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun