Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Epifani Wajah: Yang Lain adalah Aku Yang Lain

13 Juni 2022   17:56 Diperbarui: 13 Juni 2022   20:56 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: Hot Liputan6.com)

Tanggung jawab "untuk" orang lain berarti ketika saya melihat dia yang telanjang di depanku (yang miskin), muncul inisiatif bebas dalam diriku "untuk" bertanggung jawab kepadanya, tanpa merasa diri terdakwa oleh kehadirannnya. Sedangkan tanggung jawab bagi orang lain berarti kehadiran orang lain membuat saya seakan-akan tertuduh atau disandra olehnya, sehingga saya bertanggungjawab baginya.

Kehadiran orang lain menuntut tanggung jawab dari pihakku. Begitu saya secara fisik "dekat" dengan orang lain, saya bertanggungjawab atasnya dan saya tidak dapat lari dari tanggung jawab itu. Saya seakan-akan disandera olehnya. Tanggung jawab itu sudah mengikat saya jauh sebelum saya dapat mau bertanggungjawab atau tidak. Maka tangugung jawab primordial itu harus dapat dibedakan dengan tanggung jawab dalam pengertian sehari-hari. 

Dalam tanggung jawab primordial terdapat pasivitas total, yakni bahwa sebelum segala sikap atau aksi yang bisa saya ambil, saya sudah tersandera. Dalam penyanderaan tanggung jawab itu, saya mengambil tempatnya (substitusi), tetapi substitusi itu tidak berarti bahwa saya terasing dari diri saya sendiri melainkan saya justru menjadi diriku. Karena saya sadar bahwa saya berada di bawah tanggung jawab, maka saya sadar bahwah saya adalah saya.

Apabila sebelum segala sikap atau aksi yang bisa saya ambil, saya sudah tersandera, maka seolah-olah yang lain mendominasi kebebasan saya. Dalam hubungan dengan ini Levinas menjelaskan bahwa, pertama: keadaan itu menjadi syarat kemungkinan munculnya segala sikap manusiawi yang dapat kita ambil; kedua: bahwa meskipun keadaan itu kita tidak pilih dengan bebas, namun keadaan itu justru mendasarkan kemungkinan kita untuk bersikap bebas. 

Kita dapat mengambil sikap dengan bebas karena kita selalu sudah terarah kepada yang baik. Entakah dia bertanggungjawab terhadap saya, itu bukan urusanku. Tanggung jawab yang berasal dari diriku mempunyai tujuan "untuk orang lain", tanpa suatu gerak balik. Tanggung jawab semacam ini bersifat asimetris.

Dalam hubungan dengan tanggung jawab akan yang lain, Levinas cenderung menekankan tanggung jawab "untuk". Adapun alasan yang diberikan oleh Levinas, antara lain adalah:

Pertama: tanggung jawab untuk orang lain bertujuan demi suatu hubungan atau relasi. 

Bentuk dari hubungan relasi ini adalah relasi intersubjektif, di mana saya sebagai subyek berelasi dengan yang lain yang juga adalah subyek. Saya tidak menggantikan tempatnya secara total karena saya bukanlah yang lain itu. Apabila saya menggantikan tempatnya berarti saya membuat dia teralienasi.

Kedua: substitusi adalah proses menjadi. Saya melihat dia, berarti juga saya melihat diri saya sendiri. 

Ketika saya melihat dia yang sama dengan diriku, maka muncul inisiatif bebas dari diriku untuk bertanggungjawab terhadapnya. Karena tanggung jawab saya kepada yang lain muncul dari suatu inisiatif bebas dalam diriku maka saya menikmatinya. Menjadi dirinya sendiri dalam keadaan sebagai sandera, selalu berarti memikul satu tingkat tanggung jawab  lebih besar, tanggung jawab atas tangung jawab orang lain. Namun saya memikulnya dengan tidak merasa beban, karena saya apa yang saya lakukan muncul dari kebebasanku sendiri. Bukan karena saya tertuduh.

Ketiga: proses perluasan tanggung jawab menjadi substitusi. Ketika kita menggantikan tempat orang lain, bukan berarti kita meninggalkan diri kita untuk orang lain kecuali kita merasa diri disandera oleh orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun