Menarik mengikuti acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, hari Selasa, 15 Oktober 2019. Diskusi itu memang membahas beragam isu yang berkembang di masyarakat terkait insiden penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto, tetapi di samping itu yang juga menarik perhatian saya adalah kehadiran dua orang perempuan yang ditutupi wajahnya, seperti para perempuan organisasi Negara Islam di Irak dan Syam/Suriah (ISIS).
Boleh saja saya menilai tentang pakaian itu keliru, boleh saja ia menutup wajahnya, karena tidak mau dikenal di layar televisi, karena masalah kecelakaan Wiranto baru-baru ini juga kuat dugaan dilakukan oleh kelompok garis keras Islam yang bernama ISIS tersebut.
Memang benar kedua perempuan ini pernah berada di Suriah. Sekarang, persoalan terorisme menjadi pekerjaan rumah di Indonesia dengan terjadinya penusukan tiba-tiba kepada Wiranto. . Terutama bagi aparat keamanan. Berbicara soal terorisme, tentu tak lepas dari ISIS. Di tvOne hari Selasa malam tersebut yang ditanya tuan rumah ILC Karni Ilyas hanya seorang dari dua perempuan tersebut. Namanya juga disamarkan dengan sebutan Putri.
Menurut pengakuan Putri, ia merasa apa yang digaungkan ISIS bertolak belakang dengan apa yang ada di ajaran Islam. Pernyataan ini, sedikit saya beri catatan, karena ketika saya ke Irak untuk kedua kalinya pada bulan September 2014 (pertama saya ke Irak pada bulan Desember 1992), saya menyaksikan dari dekat kehancuran Irak akibat hasil pertempuran pasukan Irak dengan ISI (Negara Islam di Irak).
Awalnya ISIS itu bermula di Irak dengan nama ISI yang dibentuk pada tanggal 15 Oktober 2006 yang kemudian menjadi payung organisasi bagi kelompok-kelompok bersenjata yang sebelumnya telah ada. Di Irak ini, saya memperoleh informasi langsung untuk menjadi anggota ISI itu tidak perlu membawa uang yang banyak untuk menjadi anggota ISI atau di Suriah sudah bernama ISIS. Cukup kesetiaan kepada pimpinan ISI atau ISIS.
ISIS baru dikenal ketika ISI di Irak mengembangkan sayapnya ke Suriah atau Syam dan dideklarasikan berdirinya pada tanggal 9 April 2013 oleh Abu Bakar al-Baghdadi.
Jadi jika Putri mengatakan bahwa ia berangkat ke Suriah untuk menjalani kehidupan seperti zaman Rasulullah yang dijanjikan ISIS, sebenarnya harus dipelajari dulu ISI di Irak. Apakah benar demikian. Saya mendapat informasi di Irak tidak demikian. Apa yang dilakukan ISI di Irak sudah keluar dari agama Islam sesungguhnya.
Tetapi yang kita saksikan dari pernyataan Putri, ia bersama keluarga total 17 orang hidup di sana sekitar enam bulan.
"Saya ada angan-angan ketika itu kehidupan seperti masa rasul. 2013 atau 2014 saya baca hadis akhir zaman. Angan-angan itu seperti kembali ke kenyataan, itu yang paling sempurna seperti masa rasul. 2014 saya pertama kali melihat di internet lagi boomingada ISIS di Suriah, wilayah Syam," kata Putri di acara ILC, Selasa 15 Oktober 2019.
"Saya penasaran tapi tidak terlalu intens mencari tahu. Bulan Ramadan ada kekhalifahan persis seperti masa rasul, dari situ saya tertarik. Saya mulai mencari tahu, keluarga juga. Mulai baca-baca dan nonton. Latar belakang kami tidak tahu sama sekali jemaah dan lain-lain. Afiliasi pun tidak. Khilafah dan Daulah murni dapat dari internet. 2014 sampai 2015 masif sekali propaganda itu. Itu seperti bias informasi, itu saja yang kami lihat. Sayangnya, yang negatif itu tidak menjadi perhatian kami. Tentang pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Saya mulai melakukan kontak dengan orang yang ada di sana," ujarnya menambahkan.
Putri menjelaskan, 2015 ketika sudah cukup uang dan yakin akan cerita dari ISIS, ia bersama keluarga berangkat ke sana. Faktanya, semua tidak sesuai harapan.