Malam ini, tepat pukul 24.30 WIB, Kamis, 26 Juni 2014 saya memperoleh informasi langsung dari Baghdad bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Baghdad, Irak belum merasa perlu untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia di Irak, termasuk staf Kedutaan Besarnya.
Tetapi kalau disimak dari informasi Wakil Duta Besar RI di Baghdad, Minister Counsellor KBRI Baghdad, Des Alwi, maka KBRI Baghdad bukan berarti menutup mata dengan perkembangan terakhir di negara seribu satu malam itu. Inilah informasi lengkap yang ditujukan kepada saya tersebut, disalin secara keseluruhan agar bangsa Indonesia di mana pun berada bisa mengetahui sejauh mana kesiapan KBRI di Baghdad tersebut.
"Pak Dasman, ini jawaban dari Wakil Duta Besar RI di Baghdad mengenai situasi terkini.
Yth.Pak Arifian. Sampai saat ini belum ada ancaman riil yang dirasakan mempengaruhi situasi keamanan di Baghdad.
Dalam diskusi dengan berbagai perwakilan asing di Baghdad, mereka menilai belum akan melakukan evakuasi staf Kedubesnya.
Baghdad merupakan tolak ukur untuk menentukan situasi keamanan. Namun untuk teman-teman yang bekerja di berbagai fasilitas yang terkait dengan energi penilaian situasi keamanan tergantung assesment perusahaan. Pengaturan dan pelaksanaan evakuasi dilakukan perusahaan dan KBRI akan memonitor agar evakuasi berjalan baik dan tidak ada WNI yang dirugikan di Baghdad.
Bagi perusahaan yang berlokasi di Selatan KBRI akan berkoordinasi dengan perusahaan yang memutuskan untuk mengevakuasi staf Indonesia. Untuk wilayah Kurdistan Regional (KRG) belum ada penilaian yang mengkawatirkan situasi keamanan. Kedubes asing malah menjadikan KRG sebagai wilayah evakuasi.
Terimakasih
Des Alwi
Minister Counsellor KBRI Baghdad.
Ke depan situasi Irak memang tidak dapat diprediksi. Sebagaimana kita ketahui, semua wilayah perbatasan Irak Barat telah jatuh dan lepas dari kontrol pemerintah negeri itu. Pos perbatasan di Al-Waleed, Turaibil, dan kota Tal Afar serta bandaranya telah dikuasai milisi koalisi Sunni. Di informasikan pula, hari Senin, 23 Juni 2014, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menemui Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki di Bahdad.
Mungkin pertanyaannya, apakah Amerika Serikat kembali melibatkan diri di Irak? Jika iya, maka persoalan Irak akan kembali runyam dan sulit diselesaikan. Sebaiknya masalah Irak biarkan Irak yang menyelesaikannya. Lihatlah Irak sebelum diinvasi Amerika Serikat. Negara itu tenang dan aman.
Perkembangan di Irak sekarang ini boleh jadi dilihat sebagai sebuah keprihatinan oleh bangsa Indonesia. Mengapa tidak? Ketika terjadi Agresi Militer Belanda Pertama di Indonesia, Irak telah menutup pelabuhan udaranya terhadap pesawat-pesawat udara Belanda. Begitu pula ketika terhadi Agresi Belanda Kedua, Pemerintah Irak membuat Nota kepada Pemerintah Suriah pada tanggal 22 Maret 1949 yang berbunyi:
"Pemerintah Irak telah membatalkan persetujuannya dengan Perusahaan Penerbangan Belanda KLM, karena setelah dilakukan penyelidikan, terbukti bahwa pesawat-pesawat perusahaan tersebut dipergunakan untuk membawa senjata bagi tentara Belanda di Indonesia. Sesuai dengan Konferensi Asia di New Delhi, Pemerintah Irak juga melarang penggunaan lapangan terbangnya bagi penerbangan-penerbangan sipil Belanda. Maka Pemerintah Irak mendesak Pemerintah Suriah mengambil tindakan yang sama."
Oleh karena itulah situasi yang sedang terjadi di Irak sekarang, hendaknya juga memperoleh perhatian besar dari bangsa Indonesia. Bagaimana pun juga, bangsa Irak pernah berjasa kepada bangsa Indonesia, yaitu ikut membantu perjuangan bangsa Indonesia.