Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Patriot Sejati Menjunjung Supremasi Sipil

7 Oktober 2017   20:36 Diperbarui: 7 Oktober 2017   21:14 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjunjung supremasi sipil, adalah hakikat dari profesionalisme TNI sebagaimana tertuang pada UU No 34 Tahun 2014 tentang TNI. Prajurit TNI dengan Sapta Marga dan Sumpah prajuritnya, telah mewakafkan dirinya sebagai Patriot bangsa. Apabila Sapta Marga dan Sumpah prajurit harus menjadi Jiwa, bukan sekedar formalitas belaka, maka tidak akan terhapuskan oleh statusnya sebagai purnawirawan, tetapi sumpah dan janiji sebagai patriot bangsa itu terbawa sampai merah putih menutup jasadnya.

 TNI yang menjiwai sumpah dan janjinya, akan terus menjadi patriot sejati, menjunjung supremasi sipil hingga ahir hayatnya. Sedang elit-elit sipil yang terus menyeret TNI untuk dimanfaatkan pesonanya demi meraih keuntungan kelompok/partainya, pada hakekatnya sebagai pecundang-pecundang yang menggelincirkan TNI untuk menghianati sapta marga dan sumpah prajuritnya. 

Gema kembali ke barak bagi tentara nampaknya semakin lamat lamat menuju nyaris tak terdengar dengan berbagai manuver yang dilakukan oknum oknum yang dulu menentang rezim militer dan berkiar koar agar militer tidak ke dunua politik praktis. Manuver mengusung tokoh ex militer, mengusung militer aktif yang "disuruh berhenti" , atatupun himbauan yang dapat menumbuhkan hegemoni terhadap kepemimpinan militer. Semua itu, jika kita kembalikan dengan penegasan Panglima Besar Jenderal Soedirman sungguh mengingkari amanatnya. 

Beberapa amanat Panglima Besar Jenderal Soedirnab adalah " "Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot" , "Jangan sekali-kali di antara tentara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat nusa, bangsa dan agama. Harus kamu sekalian senantiasa ingat, bahwa tiap-tiap perjuangan tertentu memakan korban, tetapi kamu sekalian telah bersumpah ikhlas mati untuk membela temanmu yang telah gugur sebagai ratna, lagi pula untuk membela nusa, bangsa dan agamamu, sumpah wajib kamu tepati, sekali berjanji kamu tepati"

Masa aktif sebagai tentara menang ada batasnya, namun apakah jiwa tentara, janji sebagai patriot, juga berahir setelah dia tudak bertugas aktif, bisakah purnawirawan disebut juga sebagai mantan patriot ? pertanyaan pertanyaan iru sungguh menggelitik ketika berbagai nanuver dilakukan  pihak pihak tertentu, kalangan sipil, yang tidak yakin pada pemimpn pemimpin Sipil itu sendiri.

tulisan ini ingin menyampaikan  pandangan penulis terhadap kepemimpinan nasional yang dalam pandangan penulis belum hilang sepebuhnya beranjank dari hegemoni kepemimpinan militer.  Bagi penulis ungkapan Jenderal Soedirman "Sumpah wajib kamu tepati, sekali berjanji kamu tepati" menjadi kunci untuk menjawab apakah jiwa militer. menjadi  patriot berahir apa tidak setelah tidak menjadi militer aktif, sehingga seorang militer hanya untuk meraih jabatan politik,  hanya tinggal nengundurkan diri sebagai tentara ?

Sebelum penulis paparkan lebih jauh, ada baiknya kita renungkam jika yang tetjadi di DKI, dengan AHY yang terjun ke politik dengan prisedural meninggalkan milter. Bagaimana jija kejafian itu terjadi di seluruh propinsi dan kota atau ksbupaten. Berapa ratus perwira tinggu yang harus resign dan bgmn dengam kekuatan dan regeneradi militt nantinya ? Harus diakui munculnya AHY juga disertai rivalitas "blok SBY" dan 'Blok Prabiwo" Tidak menutup kemungkinan calon menyeret ke korsa angkatan di muliter, bukankah hal itu akan menyeret ke duasana yang mirip rivalitas angkata menjelang G30S/PkI ?

Selanjutnya mari kita tengok Sapta Marga, Sumpah p Prajurit dan 8 wajib TNI. Pertama, Sapta Marga :
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.; 2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah. ;3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.;4. . Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia. : 5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit; 6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa. dan yang ke 7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.

Sementata itu bunyi Sumpah Prajurit :Demi Allah saya bersumpah / berjanji :1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.; 2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. :3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.: 4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia. dan 5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

Amanah Panglima Besar Jenderal Soedirman lainnya adalah : "Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot"

Supremasi sipil merupskan wajah utama era demokrasi. adanya supremasi sipil ini menjadikan militer harus tunduk kepada otoritas sipil. Filosofi demikian yang bisa dipahami mengapa militer bisa menjadi alat negara, dan berada dibawah kendali pemerintah sipil yang sah. Tetapi, pola relasi sipil-militer itu harus senantiasa diawasi, agar tidak mengarah kepada hal yang politis Jika kita cetmati maka UU No.34 tahun 2004 tentang TNI secara eksplisit menyatakan bahwa TNI adalah alat negara, dengan keputusan politik negara sebagai lampu hijau pergerakannya. Penggunaan militer oleh pemerintahan yang sah perlu diperhatikan, agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan kekuasaan kelompok tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun