Mohon tunggu...
darwinarya
darwinarya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer Specialized Hotels and Resorts

Travel Enthusiast. Hospitality Photography Junkie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Air Terjun "Dunia Narnia"

7 Juni 2017   21:14 Diperbarui: 12 Juni 2017   13:31 2495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu Sebelah Kanan Paling Besar Itu Bisa Dinaiki Untuk Keperluan Foto-foto. Tapi Hati-hati Karena Ada Lumut. Permukaannya Licin / dap

Sebelum berangkat ke Air Terjun Tibumana, saya sudah melakukan 'pemetaan'. Adakah air terjun lain yang jaraknya berdekatan, ternyata ada, yakni Tukad Cepung.

Dari air terjun Tibumana ke Tukad Cepung, berdasarkan perhitungan Google Maps, hanya terpaut 30 menit saja. 'Tukad' dalam bahasa Bali artinya 'sungai'. Kalau diterjemahkan orang awam seperti saya jadi, “Air Terjun Sungai Cepung”.

Ruas Jalan Memasuki Kawasan Pegunungan / dap
Ruas Jalan Memasuki Kawasan Pegunungan / dap
Selama perjalanan singkat itu pemandangan terkesan biasa saja. Cenderung banyak bangunan modern karena agak masuk kota Bangli. Lepas dari kota, lanskapnya berganti pegunungan. Banyak perbaikan jalan dan kerikil di sana. Jadi mesti waspada. Salah nge-rem bisa celaka.

Air terjun Tukad Cepung berada di Banjar Penida Kelod, Tembuku, Bangli. Setiba di loket, saya tidak diberi tiket. Kebetulan yang jaga anak-anak muda. Mereka bilang sistem pembayarannya metode 'se-ikhlas-nya' atau 'sak-welas-e' kalau dalam bahasa Jawa. Saya lantas menyerahkan selembar uang Rp 10 ribu. Sama halnya dengan air terjun lain. Tempat wisata air terjun Tukad Cepung juga tutup pk 17.00 Wita.

Saya mulai menyusuri titian anak tangga yang berkelok. Ada dua warung yang buka di sana. Lahan atas dan bawah. Warungnya sederhana. Berukuran sekitar 3 meter x 4 meter. Menjual kopi, teh, mie instan dan aneka camilan ringan.

Jalan Setapak Samping Aliran Air / dap
Jalan Setapak Samping Aliran Air / dap
Fotoan Dulu di Jembatan Kayu / dap
Fotoan Dulu di Jembatan Kayu / dap
Usai melewati rangkaian anak tangga, perjalanan berubah menjadi jalan setapak. Menyusuri aliran air jernih, satu jembatan dan kemudian masuk ke tengah hutan. Sampai sana, saya belum mendengar suara air terjun. Yang ada justru suasana hening senyap. Kanan-kiri pepohonan lebat. Agak gelap karena sinar mentari terhalang pepohonan rindang.

Jalan Setapak Menuju Hutan / dap
Jalan Setapak Menuju Hutan / dap
Di tengah hutan itu, nanti kita bertemu turunan anak tangga lagi. Tidak terlalu jauh. Lantainya berupa tanah padat campur tanah liat. Sedikit basah karena lembab. Sudut kemiringannya curam dan berkelok. Tak berani saya turun tanpa berpegangan tangan. Takut tergelincir.

Entah Kenapa Kamera Tidak Fokus / dap
Entah Kenapa Kamera Tidak Fokus / dap

Bagai Masuk Dunia 'Narnia'

Selanjutnya kita disambut dua buah tebing. Hanya saja, di tengah jalur, ada bongkahan batu alam berukuran besar. Besarnya kurang lebih se-ban traktor. Besar sekali. Tumbuhan lumut berwarna hijau menutupi sebagian batu besar itu.

Kita Harus 'Nyempil' di Bebatuan Itu Untuk Dapat Melanjutkan Perjalanan / dap
Kita Harus 'Nyempil' di Bebatuan Itu Untuk Dapat Melanjutkan Perjalanan / dap
Lantas bagaimana cara melewatinya? Nyempil. Ada celah kecil diantara tebing dan batu besar itu. Berbahagia lah mereka yang bertubuh langsing (no hurt feeling, but it's true).

Lorong Lembah Sisi Kiri / dap
Lorong Lembah Sisi Kiri / dap
Berhasil keluar dari celah sempit itu ... Saya melongo ... Badan seolah enggan bergerak. Mematung. Kehabisan kata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun