Mohon tunggu...
Darnita Harefa
Darnita Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Kata demi kata adalah jendela menuju pikiran. Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin memahami lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kadang yang Dibutuhkan Bukan Jawaban, Tapi Telingan yang Tulus Mendengarkan

2 Agustus 2025   08:40 Diperbarui: 2 Agustus 2025   08:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Seorang Wanita (Sumber: Pixabay/ JerzyGrecki)

Di Dunia yang Penuh Obrolan, Masihkah Ada yang Mau Mendengarkan?

Saat ini, kita dikelilingi oleh suara-suara. Ada yang bicara untuk membela diri, ada yang untuk mengajar, dan ada pula yang benar-benar ingin didengar. Namun di tengah semua kebisingan ini, apakah semua orang benar-benar siap mendengarkan?

Banyak orang hidup dengan luka yang tak terjelaskan, kecemasan yang tak terungkapkan, dan pikiran yang tak punya tempat untuk bernaung. Kita mencari orang untuk berbagi, tetapi terlalu sering kita menemukan orang yang siap memberi nasihat, bukan untuk mendengarkan.

Mereka memberi nasihat sebelum kita selesai, memberi nasihat sebelum mereka mengerti, memutuskan sebelum mereka menyadari rasa sakit yang kita tanggung.

Namun, dalam banyak situasi, kita tidak membutuhkan jawaban singkat. Kita benar-benar membutuhkan teman, pendengar, dan keyakinan bahwa perasaan kita valid betapa pun rumitnya perasaan itu.

Mendengarkan: Tindakan Kecil dengan Makna Besar

Mendengarkan bukan hanya diam ketika orang lain berbicara. Itulah seni memberi ruang.

Ruang untuk menangis tanpa takut terlihat lemah.

Ruang untuk merengek tanpa diajari bersyukur.

Ruang untuk marah tanpa dihakimi.

Mendengarkan dengan tulus bukanlah tentang menunggu giliran Anda berbicara. Melainkan tentang benar-benar hadir---dengan perhatian penuh, tanpa gangguan, tanpa tujuan lain selain menemani jiwa yang mencari jalannya sendiri kembali ke dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun