Seringkali, hal paling sederhana yang dapat mencegah seseorang dari depresi adalah kehadiran seseorang yang bersedia duduk, menatap matanya, dan berkata dalam hati, "Aku di sini. Katakan saja. Aku mendengarkan."
Ketika Orang Bercerita, Mereka Tidak Selalu Membutuhkan Jawaban
Bukan hal yang aneh bagi kita untuk merasa canggung ketika seseorang menceritakan rasa sakitnya. Kita langsung merasa terpaksa untuk menanggapi dengan nasihat. Kita ingin menawarkan jawaban. Kita ingin menghibur mereka. Namun, niat sebenarnya itu jelas bisa menyakitkan.
Seorang teman yang sedang berduka tidak ingin kita berkata, "Kamu harus melupakannya."
Seseorang yang sedang berduka tidak ingin mendengar, "Orang lain lebih berduka daripada kamu." Mereka benar-benar butuh validasi. Mereka perlu menyadari bahwa apa yang mereka rasakan itu wajar.
Dalam pengalaman manusia, validasi jauh lebih penting daripada solusi. Orang-orang dapat menemukan jawaban mereka sendiri---tetapi sebelum itu, mereka membutuhkan kepastian bahwa mereka tidak sendirian dalam prosesnya.
Mengapa Telinga yang Tulus Lebih Penting daripada Seribu Kata
Telinga yang jujur bukanlah telinga yang mendengarkan dengan cepat, melainkan telinga yang mendengarkan dengan sepenuh hati. Telinga yang tidak sibuk membentuk respons dalam pikirannya saat kita berbicara. Telinga yang tidak terburu-buru mengambil kesimpulan atau menyela.
Di balik telinga yang jujur, terdapat hati yang sabar. Ada tatapan mata yang lembut. Ada bahasa tubuh yang menyampaikan:
"Aku tidak akan ke mana-mana. Kisahmu aman bersamaku."
Dan betapa pentingnya hal ini bagi seseorang yang selalu merasa suaranya tidak pernah dianggap penting. Dalam dunia yang penuh dengan kebutuhan untuk kuat dan tampak baik, menjadi pendengar yang jujur adalah tindakan yang progresif.
Belajar Menjadi Pendengar: Karena Setiap Orang Pernah Patah Hati dan Perlu Dipeluk
Mendengarkan dapat dipelajari. Namun pertama-tama, kita harus merendahkan ego kita. Tahan lidah kita. Tetapkan tujuan kita untuk "menyelesaikan" dan mulailah membuka hati kita untuk "menemani." Mungkin kita pernah merasakannya sendiri dalam perjuangan kita.Â