Mohon tunggu...
Dararima Sani
Dararima Sani Mohon Tunggu... Freshgraduate

Mengulik permasalahan sosial yang terlalu sering kita temui

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapitalisme dalam Dunia Daring

16 Maret 2025   20:00 Diperbarui: 16 Maret 2025   19:13 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberadaan sifat dan sikap yang kapitalistik sangat memengaruhi keseluruhan iklim media baru. Sama seperti pada media lama, dikursus dalam ruang daring didominasi oleh kepentingan korporasi (Marling, 2015). Akan tetapi, perbedaan terdapat pada peran konsumen, yang mana konsumen media baru dapat menerbitkan informasi pada ruang daring. Konsumen pun tidak sepenuhnya pasif seperti pada media konvensional. Akan tetapi dengan kuatnya nilai kapitalisme di media baru, setiap informasi yang kita berikan atau unggah akan menjadi data yang digunakan untuk mengawasi diri kita. Dengan menyukai suatu unggahan, media baru seperti Facebook dapat menghasilkan informasi mengenai apa yang disukai oleh individu dengan usia, gender, lokasi geografis, jaringan, dan kepribadian tertentu (Hogan, 2013). Data itu kemudian dianalisis sehingga korporasi pemilik media baru dapat mengurasi secara personal konten yang disajikan untuk kita.

Kapitalisme yang Adiktif di Dunia Daring

Dengan menyajikan informasi yang sesuai dengan ketertarikan individu secara terus-menerus, media baru dapat menimbulkan adiksi. Pengguna akan terus-menerus berselancar karena setiap ketukan layar akan memberi informasi yang menarik bagi mereka. Adiksi yang dialami oleh pengguna media baru dianggap menguntungkan oleh korporasi karena mereka menjual penggunanya sebagai target iklan. Iklan itu pun telah disesuaikan dengan ketertarikan pengguna, sehingga iklan menjadi lebih informatif dan produk menjadi lebih menarik bagi pengguna (Quiggin, 2013). 

Sebagai contoh, seorang remaja laki-laki menyukai sebuah unggahan mengenai sebuah permainan daring di media sosial. Media sosialnya pun dipenuhi dengan beragam informasi mengenai permainan daring tersebut, mulai dari tips, fakta-fakta, hingga berkomunikasi dengan komunitas permainan daring itu. Ketika tidak menghabiskan waktu bermain permainan daring, remaja itu menghabiskannya di media sosial hingga mengabaikan kebutuhan makan dan beristirahat. Perilakunya tersebut telah dapat dikategorikan sebagai bentuk adiksi. Kemudian di media sosial, remaja tersebut menemukan unggahan yang memberi informasi bahwa ia akan mendapatkan lebih banyak poin apabila ia membeli senjata khusus. Tanpa disadarinya, informasi tersebut adalah iklan terselubung yang ditargetkan padanya dengan tujuan untuk membuat remaja itu mengeluarkan uang di permainan daringnya.

Produksi Konten Daring dalam Pengaruh Kapitalisme

Bukan hanya memengaruhi konten yang kita konsumsi, nilai kapitalisme juga memengaruhi konten yang kita produksi pada media baru. Platform media baru berperan sebagai mediator aktif yang mengubah pola interaksi presentasi diri pengguna secara daring (Kaliyamurthy, Schau, dan Gilly, 2023). Hal itu dapat dilihat pada media sosial sebagai media baru yang memperkenalkan fitur menyukai dan memberi komentar pada unggahan seseorang. Fitur itu menanamkan ideologi yang mengutamakan hierarki, kompetisi, dan keuntungan bagi pemenang karena suatu akun akan menjadi lebih baik dan sukses apabila menerima lebih banyak likes. Hal itu akan mendorong pengguna untuk mempresentasikan diri secara daring sesuai dengan apa yang menjadi ketertarikan banyak orang. Dengan begitu, konten mereka sering muncul dan mendapat banyak tanda suka. 

Hal tersebut membuat individu dengan presentasi diri yang berbeda menjadi tersingkirkan. Mereka pun dapat melakukan pelanggaran atau penyimpangan untuk mewujudkan presentasi diri tersebut. Remaja laki-laki pada contoh sebelumnya melihat bahwa pemain permainan daring yang terkenal mempresentasikan diri dengan menggunakan senjata khusus yang diiklankan tadi. Ia pun ingin mempresentasikan dirinya dengan senjata khusus agar disukai sebagai pemain dengan poin tinggi. Akan tetapi karena tidak memiliki uang, ia akhirnya mencuri uang ibunya dan membeli senjata khusus itu.

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan nilai kapitalisme dalam media baru menimbulkan pengawasan terhadap pengalaman manusia yang dijadikan data perilaku (Illouz dan Kotliar, 2023). Data perilaku tersebut kemudian dieksploitasi untuk memprediksi pengguna sebagai produk. Hasil eksploitasi tersebut berupa konten yang dapat mengarahkan perilaku pengguna pada penyimpangan maupun kejahatan.

Daftar Pustaka

Hogan, B. (2013). Pseudonyms and the Rise of the Real-Name Web. Dalam Hartley, J., Burgess, J., dan Bruns, A. (Eds.). A Companion to New Media Dynamics. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

Illouz, E. dan Kotliar, D. M. (2023). CAPITALIST SUBJECTIVITY, TINDER, AND THE EMOTIONALIZATION OF THE WEB. Dalam Llamas, R. Dan Russell B. (Eds.). The Routledge handbook of digital consumption (2nd ed.). Oxon: Routledge Publication

Kaliyamurthy, A. K., Schau, H. J., dan Gilly, M. C. (2023). THE EVOLUTION OF ONLINE SELF-PRESENTATION: From Programmable Freeform Websites to Algorithmized Templates that Encourage Commercially Exploitable Content. Dalam Llamas, R. Dan Russell B. (Eds.). The Routledge handbook of digital consumption (2nd ed.). Oxon: Routledge Publication

Marling, R. (2015). World Wide Web and the Emotional Public Sphere. Dalam Genz, J. dan Küchler, U. (Eds.). Metamorphoses of (New) Media. Cambridge Scholars Publishing.

Quiggin, J. (2013). The Economics of New Media. Dalam Hartley, J., Burgess, J., dan Bruns, A. (Eds.). A Companion to New Media Dynamics. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun