Mohon tunggu...
Dararima Sani
Dararima Sani Mohon Tunggu... Freshgraduate

Mengulik permasalahan sosial yang terlalu sering kita temui

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Viktimisasi Perempuan dalam Kaitannya dengan Alam

24 Februari 2025   10:15 Diperbarui: 26 Februari 2025   21:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto perempuan dalam demonstrasi (Sumber: Freepik)

Persamaan peran antara alam dan perempuan tersebut dapat ditemukan dalam berbagai kebudayaan di dunia. Salah satunya adalah kepercayaan yang ada di wilayah pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Masyarakat Kendeng melihat alam sebagai Ibu Bumi yang merawat kehidupan masyarakat. Perempuan yang dianggap sebagai manifestasi dari alam pun dinilai memiliki posisi terhormat yang setara dengan alam (Nawiyanto dan Endrayadi, 2019). Persamaan antara perempuan dan alam tersebut membuat perempuan-perempuan Kendeng lebih dekat dan terkoneksi dengan alam. 

Persamaan antara perempuan dan alam tidak berhenti pada sifat maternal yang disosialisasikan pada perempuan. Perempuan dan alam mengalami viktimisasi yang sama dalam masyarakat androsentris yang eksploitatif. Dominasi yang dilakukan oleh masyarakat patriarki pada perempuan dikaitkan dengan dominasi yang dilakukan pada alam (Swanson, 2015). Baik perempuan maupun alam mengalami eksklusi dan kontrol sehingga posisinya termarginalkan dalam kehidupan manusia. Penelitian dan program pembangunan telah dilakukan atas dasar ideologi androsentris, eurosentris, dan eksploitatif kelas (Sollund, 2017). Sebagai akibatnya, ideologi tersebut mendorong kemajuan yang bersifat objektif dan netral. Akan tetapi, kemajuan tersebut justru mengutamakan kepentingan mereka dan mengabaikan penderitaan yang dialami oleh alam dan perempuan.

Eksploitasi Alam dan Perempuan

Sebagai akibat dari perkembangan masyarakat, perempuan dan alam sama-sama mengalami eksploitasi. Eksploitasi yang dialami oleh alam dapat berupa pengambilan sumber daya alam yang berlebih. Pengambilan sumber daya yang berlebihan tersebut berlangsung secara cepat, sehingga alam tidak memiliki kesempatan untuk mereproduksi ekosistemnya (Walker, 2016). Dengan begitu, eksploitasi terhadap alam akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Eksploitasi alam secara berlebih seperti itu dilakukan pada model ekonomi kapitalis dengan maksud untuk mencari akumulasi keuntungan dengan cepat (Alier, Navas, dan Mingoria, 2020).

Bagi perempuan, eksploitasi dialami pada ruang publik maupun pada ruang privat. Pada ruang publik, perempuan dieksploitasi sebagai tenaga kerja murah. Perempuan dipekerjakan sebagai buruh pabrik dengan bayaran yang sangat rendah dengan jam kerja yang tinggi sembari harus menghadapi kekerasan fisik maupun verbal (Tong, 2009). Kemandirian finansial yang didapatkan oleh perempuan melalui pekerjaan tersebut justru menjadi bahan ancaman bagi mereka. Perempuan yang bekerja di pabrik menjadi lebih ragu untuk memperjuangkan hak asasi mereka di tempat kerja karena mereka khawatir akan kehilangan pekerjaan yang telah memberikan mereka kemandirian finansial tersebut. Belum lagi adanya beban ganda di mana perempuan yang bekerja juga diekspektasikan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

Pada ruang privat, perempuan dieksploitasi perempuan dieksploitasi berdasarkan perannya dalam mengurus rumah tangga. Perempuan diberikan tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan keluarga dan komunitas serta dalam proses reproduksi (Miles, 2001). Masyarakat melihat tangggung jawab tersebut sebagai peran dasar perempuan. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk mengasuh keluarga dan mengurus rumah tangga dianggap tidak memiliki nilai bayaran. Masyarakat pun dapat memaksimalkan keuntungan karena telah mendapat manfaat dari jasa perempuan tanpa harus memberikan upah bayaran.

Kerusakan Alam dan Dampaknya bagi Perempuan

Hubungan antara perempuan dengan alam semakin terlihat dalam kuatnya dampak yang akan dialami perempuan apabila alam mengalami kerusakan. Salah satu akibat yang dapat muncul dari rusaknya lingkungan alam sekitar adalah keringnya ataupun tercemarnya sumber mata air. Penyerahan tanggung jawab akan rumah tangga pada perempuan membuat mereka sangat bergantung pada pasokan air. Hampir setiap aktivitas rumah tangga, seperti membersihkan rumah, memasak, dan mengasuh anak, memerlukan air. Oleh karena itu apabila terjadi kelangkaan pasokan air akibat kerusakan alam, perempuan akan menjadi pihak pertama yang paling terdampak (Nawiyanto dan Endrayadi, 2019).

Selain untuk memenuhi keperluan tanggung jawab rumah tangga, air juga diperlukan perempun untuk aktivitas produksi pangan. Perempuan merupakan mayoritas petani dan penyedia pangan di dunia (Wonders dan Danner, 2015). Akan tetapi, aktivitas bercocok tanam yang dilakukan oleh perempuan negara dunia ketiga masih cenderung tradisional dan sederhana karena terbatasnya akses pada teknologi pangan. Karena aktivitas bercocok tanam yang dilakukan oleh perempuan negara dunia ketiga masih sangat bergantung tanah dan cuaca, kondisi kekeringan dapat sangat mempengaruhi hasil produksi mereka.

Secara khusus, perempuan yang memiliki kesadaran pengetahuan lokal sering kali memiliki hubungan yang lebih dekat dengan alam. Hal tersebut dapat terlihat dalam kehidupan perempuan Wadas. Kedekatan mereka dengan alam dapat dilihat dalam aktivitas harian mereka, yang mana mereka membuat gula merah, membuat besek, menyadap karet, dan bahkan membuat obat pascamelahirkan dari buah kemukus (Muryanto, 2021). Pengetahuan lokal tersebut membuat mereka sangat bergantung pada alam untuk menjalani aktivitas harian. Apabila alam di daerah Wadas mengalami kerusakan lingkungan akibat eksploitasi yang berlebihan, perempuan-perempuan tersebut akan kehilangan akses pada aktivitas harian mereka.

Simbolisme alam sebagai ibu dapat mengakibatkan kekerasan simbolik yang disebabkan skema persepsi umum masyarakat mengenai peran gender yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasi patriarki (Grzyb, 2016). Dalam hal ini, peran gender yang dipaksakan pada perempuan dan alam adalah penyayang, empatik, melindungi, dan merawat. Akan tetapi, Kedekatan hubungan antara alam dengan perempuan bukan hanya merupakan hasil konstruksi masyarakat. Hubungan antara keduanya juga dapat dilihat dalam kekerasan dan viktimisasi yang mereka alami. Perempuan dan alam sama-sama mengalami eksploitasi dari masyarakat kapitalis patriarki. Keserakahan atas nilai, keuntungan, dan kekayaan yang tidak terbatas mengakibatkan eksploitasi tanpa akhir pada perempuan dan alam (Walker, 2016).

Persamaan opresi dan kedekatan hubungan antara perempuan dan alam tersebut menjadi dasar bagi para feminis untuk turut memperjuangkan perlindugan alam (Swanson, 2015). Perjuangan feminis harus turut melawan eksploitasi alam karena eksploitasi terhadap alam tersebut memiliki kaitan dengan eksploitasi yang dialami oleh perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun