Mohon tunggu...
David Agusta
David Agusta Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY

Selamat membaca artikel saya! Terima Kasih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belum Tahu Budaya Jawa "Tedak Siten"? Yuk Simak!

13 Oktober 2020   18:45 Diperbarui: 13 Oktober 2020   18:49 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya apakah kalian pernah mendengar kata Tedak Siten? Mungkin jika selain orang jawa merasa bingung dengan kata tersebut, karena tidak pernah mendengar sebelumnya di daerah masing-masing. 

Jadi kata Tedak Siten ini sendiri berasal dari bahasa jawa yaitu "Tedak" berartikan "turun" dan "siten" sendiri artinya "tanah". Mungkin jika di gabungkan artinya sedikit aneh yaitu turun tanah, Namun yang dimaksud turun tanah ini adalah seorang bayi yang turun menginjak tanah bumi untuk pertama kalinya. 

Tedak Siten ini memiliki arti yang sangat filosofis bagi para leluhur yaitu ritual ini adalah sebagai bentuk penghormatan manusia sebelum menginjakan kakinya pertama kali ke bumi, jadi masyarakat Jawa percaya bumi adalah leluhur yang sudah hidup sebelum kita. Bayi  yang mengikuti ritual tedak siten ini sendiri biasanya berumur tujuh bulan dari waktu kelahirannya. 

Uniknya waktu yang dimaksud disini adalah waktu hitungan pasaran jawa yang dimana satu bulannya dihitung 36 hari. Acara ritual ini dibagi menjadi 2 rangkaian, yang pertama ialah Tedak Siten itu sendiri lalu yang kedia adalah Tedak Siten sebagai prediksi masa depannya. Baik saya akan menjelaskan satu persatu agar mudah dipahami.

Ritual Tedak Siten ini memiliki banyak bahan yang disiapkan, prosesi pertama harus menyiapkan makanan 'jadah' yang memiliki bahan dasar  beras ketan dengan parutan kelapa. 

Jadah ini biasanya memiliki tujuh warna yang berbeda-beda serta memiliki makna tersendiri di berbagai warnanya, jadi kenapa jadah ini memiliki macam warna? 

Karena warna-warna tersebut di filosofiskan dengan gambaran kehidupan di dunia ini, mulai dari warna hitam hingga ke putih yang menggambarkan dalam menjalankan kehidupannya akan mendapat masalah namun disetiap masalahnya tersebut mau seberat apapun pasti akan menemukan jalan keluarnya. 

Setelah itu jadah-jadah tersebut di bariskan kemudian mulailah si bayi untuk menginjak jadah-jadah tersbeut satu persatu urut mulai dari warna hitam. Waw sangat filosofis sekali bukan?

Seperangkat alat yang disiapkan untuk ritual
Seperangkat alat yang disiapkan untuk ritual "Tedak Siten" (sumber : https://gonjreng.com/tedhak-siten/)
Tidak hanya itu saja masih banyak lagi perangkat-perangkat yang digunakan dalam ritual tedak siten ini. Setelah melakukan injak jadah tersebut, kemudian disiapkannya juga makanan tradisional juga yaitu 'tumpeng' lengkap dengan ayam utuhnya yang menggambarkan sebuah permohonan dari kedua orang tuanya dari bayi tersebut untuk sang bayi agar menjadi anak yang dapat berbakti dan berguna bagi semua orang kedepannya.

Dalam tumpeng tersebut dilengkapi dengan sayur yaitu 'kacang panjang' yang dimana sayur ini menggambarkan umur yang panjang bagi si bayi ini. Lalu ada 'kecambah' yang menggambarkan sebuah kesuburan bagi si bayi, tidak hanya itu 'ayam' utuh tadi menggambarkan sebagai sosok yang dapat mandiri.

Setelah si bayi sudah selesai menginjakkan kakinya dari jadah tadi, selanjutnya si bayi harus menaiki tangga di depannya yang dimana tangga ini terbuat dari pohon tebu yang berjenis 'arjuna'. 

Tangga ini memiliki filosofis bahwa si bayi akan memiliki sifat ksatria sesperti Arjuna yang dimana dia adalah tokoh wayang yang memiliki sifat bertanggung jawab dan utamanya adalah tangguh. Sedikit informasi bahwa dalam bahasa jawa dari 'tebu' tersebut adalah 'antebing kalbu' yang berartikan kemantapan hati.

Baik jika prosesi injak jadah dan naik tangga sudah selesai selanjutnya adalah adalah 'tedak siten guna prediksi masa depan bayi' yang dimaksud disini adalah orang tua memprediksi akan menjadi apa besok si bayi serta hobi dari bayi tersebut. 

Prosesi ini cukup banyak hal yang harus disiapkan seperti 'kandang ayam', uang, kapas, alat tulis, cincin, buku, mainan mobil-mobilan, cermin, dan masih banyak lagi. 

Jadi fungsi dari barang-barang ini adalah sebagai gambaran anak kelak menyukai hobi seperti apa dengan cara barang-barang tersebut di jejer-jejerkan lalu si bayi dikurung dalam kandang ayam lalu dibukanya untuk memilih barang mana yang akan dia ambil, biasanya barang yang diambil tersebut adalah prediksi anak tersebut akan menyukai hal tersebut.

Setelah serangkaian prosesi sudah dilalui sampailah ke prosesi akhir yaitu memandikan bayi menggunakan air bunga, prosesi ini memiliki filosofis yaitu si bayi diharapkan bisa menjadi nama harum bagi keluarganya.

Baik prosesi Tedak Siten kini sudah selesai, jadi makna utama dari Tedak Siten ini sendiri adalah agar si Bayi dapat menghargai dan menghomarti bumi karena akan menginjak bumi untuk pertama kalinya, yang kedua adalah doa dan harapa untuk si Bayi agar tumbuh dan dewasa menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi semua orang hal tersebut berisfat orientasi manusia dan alam. 

Budaya ini tentunya budaya yang sudah turun temurun dari nenek moyang yang bisa dikatakan hal ini bersifat kolektivisme. Semoga apa yang saya sampaikan dapat berguna bagi pembaca semua dan juga tidak melupakan budaya-budaya yang ada sebelumnya.

#kabuajy07

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun