Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mengejar Jodoh Juleha (1a)

28 November 2023   20:16 Diperbarui: 29 November 2023   05:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.

"Bagus! Begitu bengek baru ingat kami! Kamu kira rumah ini penampungan, ha?" teriak perempuan setengah baya. Dia bertolak pinggang di depan pintu.

"Mak ... malu didengar tetangga," jawab Juleha lirih.

"Kalau nggak diantar kamu nggak bakal emak ijinin masuk, Ha. Emangnya emakmu sudah bosan ngurusin dia?"

"Aku yang menginginkan pulang ke sini," sahut bapak setelah duduk di kursi tamu.

Juleha meninggalkan bapak di rumah Mak Linik, istri pertamanya. Gadis bertubuh mungil tersebut tidak ingin terlibat dalam percekcokan antara bapak dan madu emaknya. Tugasnya hanya sebatas mengantarkan bapak yang ingin tinggal bersama keluarga yang lain.


Menjadi anak dari istri kedua sang bapak memang penuh drama, tetapi Juleha santai saja karena statusnya bukan aib. Pemilik lesung pipit itu tetap tumbuh seperti gadis kebanyakan yang lahir dari keluarga monogami. 

Sebenarnya, di mana pun bapak tinggal tidak menjadi masalah karena dia tetap bertanggung jawab terhadap nafkah untuk dua keluarganya. Namun, Juleha tidak enak hati jika hanya berpangku tangan hingga dia pun memutuskan untuk bekerja di pabrik tekstil.

Suara cempreng Dini menyadarkan lamunan Juleha. Dia memandang jam yang tertempel di dinding kamar kostnya.

"Astoge, Ha! Ngapain aja kamu dari tadi semedi di kamar?" tanya Dini dengan nada kesal.

"Ya ... maaf, Din. Tiba-tiba ingatanku salah tempat terus mager tanpa sengaja."

"Buruan ganti baju, teman-teman pabrik sudah di TKP."

"Tapi ..., a--ku belum mandi."

Sebelum Dini melempar bantal, Juleha lari secepat kilat untuk mandi. Dia merasa buang-buang kuota internet karena gagal mempraktikkan tutorial make up yang selalu ditontonnya setiap malam. Semua gara-gara Dini yang datang menjelang deadline. 

Juleha melihat mempelai di atas panggung, mereka tersenyum bahagia sambil bersalaman dengan para tamu. Menurut kabar burung, pengantin perempuan dipinang sebagai istri kedua karena pihak istri pertama belum dapat memberikan keturunan.

"Kita apes, Ha. Mereka yang lebih muda udah sold out duluan."

"Sebenarnya aku mau nikah secepat mungkin, ndilalah ada saja masalah yang bikin tertunda."

"Masalah apa?"

"Masalahnya belum ada lelaki yang datang melamar, Din." Juleha menjawab sambil nyengir kuda, sementara Dini terkekeh geli.

"Kurang asem!"

Juleha hampir saja berteriak karena Dini mencubit lengannya. Untung saja, dia dapat menahan diri hingga tidak terjadi hal memalukan. Pandangannya tiba-tiba beralih pada sosok yang tengah makan berdua di dekat meja prasmanan. Dia pun segera mengabadikan momen tersebut dengan kamera handphone lalu buru-buru melahap es krimnya.

Malam harinya, Juleha kembali melihat galeri foto. Foto seorang lelaki bersama seorang perempuan cantik mengusik rasa penasaran sebab pria berstatus bos toko mebel tersebut merupakan kekasih Wika, kakak tirinya. Akan tetapi, Juleha tidak mau gegabah menuduh lelaki tersebut telah berselingkuh dari kakaknya.

***

Pekerjaan di pabrik makin padat karena pesanan seragam sekolah dari berbagai daerah meningkat drastis. Bahkan, Juleha sempat jatuh sakit sebab kelelahan lembur. Dia tidak memberi kabar kepada emak agar tidak menambah beban pikiran wanita surganya. 

Minggu ini menjadi minggu terakhir jatah lembur bagi Juleha, dia bernapas lega karena tidak dikejar orderan lagi. Di sisi lain, dia terkejut ketika mendengar kabar tentang Dini yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.

"Bapak ngebet punya mantu PNS dan apesnya aku yang harus jadi tumbal perjodohan, Ha."

"Hm."

"Umur kami jomplang banget, tapi mau nggak mau harus kuterima."

"Yo, wis. Toh, keputusan nggak bisa diganggu gugat karena persiapan acara sudah matang. Lagian, calon suamimu tajir. Anggap saja momong aki-aki, Din."

"Kualat, loh, ngatain begitu."

"Iya ... ya ... maaf, salim dulu sama calon bu pejabat."

**Bersambung**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun