Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

5 Sektor Masih Utuh, Asa Sektor Tunggal dan Ganda Putri Akhiri Paceklik Gelar All England

17 Maret 2023   07:04 Diperbarui: 17 Maret 2023   08:50 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia berhasil meloloskan 8 wakil di perempat final All England 2023. | Foto: Dok. PBSI via KOMPAS.COM

Indonesia meloloskan 8 wakil di babak perempat final All England 2023. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2013 atau satu dekade lebih, lima sektor masih utuh. 

Ganda putera menjadi sektor yang paling banyak meloloskan wakil yaitu 4 wakil. Di antaranya Fajar Alfian/M. Rian Ardianto, Bagas Maulana/Shohibul Fikri, Leo Rolly/Daniel Marthin, dan Hendra Setiawan/M. Ahsan. 

Tiket semifinal sudah dipastikan diraih ganda putera karena Bagas/Fikri akan bersua Fajar Alfian/M. Rian Ardianto. 

Sementara itu, The Daddies akan bersua Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi dan Leo/Daniel akan bersua Liang Wei Keng/Wang Chang. 

Jika terus konsisten, maka setidaknya akan ada lagi dua perang saudara yaitu di semifinal The Daddies akan bertemu The Babbies, dan pemenang keduanya akan bertemua Fajar/Rian atau Bagas/Fikri di final. 

Untuk sektor putri, yaitu tunggal putri dan ganda putri masih terus melaju. Gregoria dan Apriyani/Fadia yang menjadi satu-satunya wakil di masing-masing sektor terus bertahan. 

Anthony Ginting menjadi satu-satunya tunggal putera yang tersisa. Pun begitu dengan Rehan Naufal/Lisa Ayu yang menjadi satu-satunya wakil di sektor ganda campuran. 

Dari lima sektor yang utuh tersebut, terbuka harapan untuk akhiri paceklik juara di sektor tunggal (putera dan putri) serta ganda putri. 

Penantian 3 dekade

Untuk turnamen Super 750 sampai Super 1000, hampir dipastikan tunggal putri Indonesia hanya diisi oleh satu wakil saja melalui Gregoria Mariska Tunjung. 

Hal itu karena saat ini, secara ranking Jorji adalah nomor satu di Indonesia. Untuk generasi di bawahnya seperi Putri KW masih menempati posisi yang cukup jauh sehingga sulit untuk lolos di turnamen Super 750.

Tidak heran jika Jorji selalu sendiri. Meski begitu, publik berharap agar Jorji bisa mengulang kembali kejayaan Indonesia untuk sektor tunggal putri. 

Pada turnamen All England kali ini, bolehlah kita berharap pada Jorji agar tunggal putri bisa berbicara banyak. 

Sejak awal, perjalanan Jorji tidak mudah. Ia bersua pebulu tangkis Denmark Line Kjaersfeldt di babak 32 besar. Laga sendiri berjalan ketat. 

Pada gim pertama, Jorji harus kalah dengan skor 15-21. Tapi, pada gim kedua dan ketiga, semangat juang Jorji meningkat. Tak kurang, Jorji bisa merebut dua match point lawan dengan gemilang. 

Pada gim kedua, penampilan Jorji terlihat membaik. Reli dan kombinasi pukulan berhasil membawa Jorji unggul 9-5. 

Gim kedua direbut Jorji dengan skor meyakinkan 21-14. Pada gim ketiga, Jorji kembali tertinggal. Menariknya, ketika skor 18-20, Jorji tetap tampil spartan. 

Puncaknya ketika Jorji mampu menyamakan skor menjadi 20-20. Di sini Line mulai tertekan dan dua pukulannya membentur net. Jorji akhirnya berhasil comeback dengan skor 22-20.

Di babak 16 besar, Jorji kembali spartan dan pada laga ini Jorji mampu meraih kemenangan lewat straight game. 

Di babak 16 besar, Jorji bertemu pebulu tangkis Thailand Lalinrat Chaiwan. Pada gim pertama, Jorji tampil meyakinkan dan menang dengan skor cukup telak 21-11.

Pada gim kedua, Chaiwan memberi perlawanan. Pada pertengahan gim kedua, Jorji unggul jauh dengan skor 18-12. Di luar dugaan, Chaiawan berhasil meraih 7 poin beruntun dan berbalik unggul 18-19.

Meski begitu, keadaan serupa juga terjadi pada babak 32 besar saat bersua Line. Di sini Jorji bisa membalikkan keadaan dan unggul 21-19. Satu kondisi yang mirip saat tertinggal 18-20 dan berbalik unggul 22-20.

Berkat kemenangan ini, Jorji berhasil melaju ke perempat final. Dengan hasil ini, Jorji berhasil menorehkan rekor di All England. 

Itu karena sudah 10 tahun tidak ada tunggal putri yang lolos ke perempat final. Terakhir kali terjadi tahun 2013. Saat itu Lindaweni Fanetri berhasil melaju ke perempat final. 

Setelah itu, tidak ada lagi tunggal putri yang berhasil melaju ke perempat final di All England. Kini, setelah menunggu satu dekade, penantian itu berakhir. 

Lebih jauh lagi, terakhir kali tunggal putri Indonesia juara All England adalah tahun 1994 yang mana saat itu Susi Susanti berhasil back to back juara. 

Artinya sudah hampir tiga dekade atau 29 tahun tunggal putri Indonesia puasa gelar. Lalu, apakah penantian panjang itu akan berakhir di tangan Jorji?

Jika rekor 10 tahun milik Lindaweni saja bisa disamai, bukan tidak mungkin rekor itu akan terlewati dan mengulang apa yang telah diraih Susi Susanti 29 tahun silam. 

Meski begitu, di perempat final hadangan bagi Jorji tidak mudah karena bersua Chen Yufei. 

Nasib tunggal putera tidak jauh berbeda dengan tunggal putri. Terakhir kali tunggal putera Indonesia juara All England adalah tahun 1994.

Sama seperti Susi Suanti, Hariyanto Arbi berhasil back to back juara pada tahun 1993 dan 1994. Selepas itu, tidak ada lagi tunggal putera Indonesia yang juara. 

Bahkan sekelas Taufik Hidayat pun tidak mampu mengakhiri puasa gelar yang lama ini. 

Dari empat wakil yang bertanding, Anthony Ginting menjadi satu-satunya wakil yang tersisa. Ginting berhasil ke perempat final setelah revans dari Prannoy HS melalui rubber game. 

Anthony Ginting berhasil ke perempat final All England usai menang atas Prannoy HS. | Foto: Dok. PBSI via KOMPAS.COM
Anthony Ginting berhasil ke perempat final All England usai menang atas Prannoy HS. | Foto: Dok. PBSI via KOMPAS.COM

Permainan Ginting sangat baik. Apalagi saat merebut gim pertama, Ginting yang tertinggal 3 poin berhasil meraih 5 poin beruntun dan menyudahi gim pertama dengan skor 22-20.

Pada gim kedua, Ginting sering melakukan kesalahan dan Prannoy berhasl menang dengan skor 21-14. Pada gim ketiga, Ginting tampil lepas dan menang dengan skor 21-17.

Peluang untuk juara terbuka lebar bagi Ginting apalagi setelah Axelsen tumbang. Saat Axelsen tidak ikut turnamen, banyak yang menyebut kekuatan tunggal putera merata. Kini, saatnya Ginting memanfaatkan momen tersebut. 

Meski begitu, di perempat final Ginting akan bersua rekan senegara Axelsen yaitu Anders Antonsen. Sama seperti Jorji, Asa untuk akhiri 3 dekade puasa gelar bisa saja diakhiri oleh Ginting. Peluang itu masih ada jika Ginting terus konsisten. 

Ganda putri, 44 tahun tanpa gelar

Nasib ganda putri di All England jauh lebih mengenaskan. Terakhir kali ganda putri juara All England adalah tahun 1979 ketika Verawaty Fadjrin/Imelda Wiguna mengalahkan Atsuko Tokuda/Mikiko Takada pada partai final di Wembley, London.

Artinya sudah 4 dekade lebih atau 44 tahun ganda putri puasa gelar All England. Apriyani/Fadia yang menjadi satu-satunya wakil di All England kali ini tentu bisa memberi kita harapan untuk akhiri paceklik gelar. 

Apalagi Apriyani memiliki banyak pengalaman saat masih berpasangan dengan Greysia Polii. Tentu yang paling kita ingat adalah saat meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2021.

Saat itu, Apriyani/Polii juga berhasil mencetak sejarah karena menjadi ganda putri pertama yang meraih medali emas olimpiade. Dengan pengalaman itu, Apriyani bisa saja mengakhiri puasa gelar yang sudah lama ini. 

Apriyani/Fadia menjadi satu-satunya wakil ganda putri di All England 2023. | Foto: Dok. PBSI via KOMPAS.COM
Apriyani/Fadia menjadi satu-satunya wakil ganda putri di All England 2023. | Foto: Dok. PBSI via KOMPAS.COM

Sejak duet dengan Fadia, bolehlah kita berharap pada pasangan ini karena telah mencatatkan debut yang sukses. Medali emas SEA Games 2021, juara Malaysia Open dan Singapore Open 2022 adalah bukti. 

Meski begitu, tentu untuk memutus paceklik gelar tersebut tidak mudah. Chen Qing Chen/Jia Yi Fan yang superior di ganda putri masih bermain. 

Harapan itu masih ada. Di perempat final Apriyani/Fadia akan bertemu ganda putri Korea Selatan Baek Ha Na/Lee So Hee. 

Tentu Apriyani/Fadia harus waspada karena pasangan ini mampu menyingkirkan juara bertahan Nami Matsuyama/Chiharu Shida. 

Tunggal putri, tunggal putera, dan ganda putri, setidaknya tiga nomor ini mampu berbicara banyak dan mengakhiri catatan buruk yang sudah berdekade-dekade silam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun