Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tim Basket Indonesia Raih Medali Emas Lewat Pemain Naturalisasi, Sepak Bola Kapan?

23 Mei 2022   17:29 Diperbarui: 23 Mei 2022   17:46 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi pemain naturalisasi Indonesia Marques Bolden di ajang SEA Games 2021 Vietnam. | Dok. PERBAS Via: KOMPAS.COM

Timnas basket putera Indonesia sukses meraih medali emas di ajang SEA Games 2021. Kesuksesan ini menjadi sejarah bagi tim basket Indonesia. 

Selain mampu menghadang dominasi Filipina yang meraih medali emas 13 kali beruntun, timnas basket Indonesia juga mengukir sejarah karena untuk pertama kalinya meraih medali emas di SEA Games 2021.

Suksesnya tim basket meraih medali emas SEA Games tidak terlepas dari kontribusi pemain naturalisasi. Dalam ajang ini, tim basket Indonesia memang memakai jasa pemain naturalisasi demi mendongkrak prestasi.

Salah satu pemain yang menjadi binrang pada laga final kemarin adalah Marques Bolden. Bolden sukses mengemas 18 poin, 10 rebound, dan 3 assists.

Raihan emas ini tentu sangat berarti. Apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan berpartisipasi pada Piala FIBA Asia Cup yang akan digelar di Indonesia.

Upaya naturalisasi

Induk bola basket Indonesia sejauh ini telah menaturalisasi lima pemain untuk memperkuat timnas basket Indonesia.

Pada November 2020 lalu, Perbasi berhasil menaturalisasi dua pemain, yakni Brandon Jawato dan Lester Prosper.

Demi mendongkrak prestasi tim basket, Perbasi kembali berhasil menaturalisasi tiga pemain pada bulan Agustus 2021 lalu.

Ketiganya adalah Dame Diagne, Serigne Modou Kane, dan Marques Bolden. Dari lima pemain yang berhasil menjadi WNI, hanya tiga pemain saja yang memperkuat Indonesia di SEA Games 2021.

Mereka adalah Brandon Jawato, Marques Baldon, dan Dame Diagne. Pada SEA Games kali ini, pengunaan pemain naturalisasi tidak dibatasi.

Upaya Perbasi dalam menaturalisasi pemain ternyata berbuah manis di SEA Games. Indonesia berhasil menyabet medali emas untuk pertama kalinya.

Para pemain naturalisasi menutupi kekurangan pemain kita, terutama dari sisi tinggi badan. Selain itu, teknik bermain mereka juga bagus karena ada yang pernah berkiprah di NBA.

Marques Bolden adalah pemain paling tinggi di antara pemain naturalisasi. Ia memiliki postur setingi 2 meter. Ia juga pernah bermain di NBA G-League untuk klub Cleveland Cavaliers.

Berkaca pada basket, untuk mendongkrak prestasi secara instan nyatanya ada. Yaitu melalui pemain naturalisasi. Jika begitu, mengapa sepak bola kita tidak bisa?

Butuh proses

Untuk membangun sebuah tim yang kuat hanya ada dua cara. Yaitu dengan jalan pragmatis dan jalan panjang. Kedua cara ini juga bisa dilihat dari hasilnya, yitu jangka pendek dan jangka panjang.

Beberapa klub kaya raya dunia kerap menjadikan cara pertama untuk mendongkrak prestasi klub. Klub tersebut akan membeli banyak pemain bintang dengan uang mereka.

Meski banyak memiliki pemain bintang, tetap saja pemain tersebut adalah pemain jadi. Artinya bukan hasil dari didikan atau produk akademi mereka sendiri. 

Hasilnya memang bisa terlihat. Contohnya adalah PSG. PSG adalah klub kaya raya. Dengan uang yang mereka miliki, tentu mereka begitu berambisi menjuarai Liga Champions. Tapi tidak pernah berbuah hasil.

Baca juga: Kewarganegaraan Ganda, Solusi Atasi Polemik Pemain Naturalisasi

Jalan yang kedua adalah melalui proses jangka panjang. Jalan ini ialah bagaimana memanfaatkan potensi akademi klub. Salah satu klub dengan produk pemain terbaik adalah La Masia milik Barcelona.

Barcelona tinggal memanen pemain-pemain muda mereka. Kemudian dikembangkan di level senior. 

Dari dua hal di atas, bisa dilihat bagaimana kekuatan tim dari hasil didikan sendiri dengan tim yang dibangun dari uang. Saya kira pembaca juga bisa menilai.

Untuk level timnas, jalan pintas untuk mendongkrak prestasi ialah memakai jasa pemain naturalisasi. Ada yang berhasil ada yang tidak. Contoh yang berhasil ialah tim basket kita.

Tapi, hal itu tidak berjalan untuk timnas sepak bola Indonesia. Padahal, upaya memakai pemain naturalisasi telah dilakukan PSSI sejak 2010 lalu.

Saat itu, Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales tampil di Piala AFF 2010. Meski masuk final, tetapi tetap saja berakhir menjadi runner-up.

Tren Irfan Bachdim kemudian diikuti oleh pemain lain. Nama-nama seperti Kim Kurniawan, Raphael Maitimo dan Lilipaly mengikuti jejak Bachdim. Akan tetapi, tetap saja mereka tidak bisa berbuat banyak di AFF.

Pada ajang SEA Games 2021 kali ini, Indonesia diperkuat pemain naturalisasi yakni Marc Klok. Meski begitu, Indonesia hanya mampu meraih medali perunggu.

Marc Klok, pemain naturalisasi yang memperkuat timnas Indonesia. | via: kompas.com
Marc Klok, pemain naturalisasi yang memperkuat timnas Indonesia. | via: kompas.com

Memakai jasa pemain naturalisasi tidak selalu sukses. Filipina adalah negara yang banyak memakai pemain naturalisasi. Tapi, sepak bola mereka tetap saja jalan di tempat.

Di Piala AFF 2020 lalu, Filipina bahkan tidak lolos fase grup. Pun begitu di SEA Games 2021. Filipina hanya berada di posisi ketiga di bawah Indonesia.

Itu artinya jika dengan jalan pintas kita gagal, maka pilihan yang harus kita lakukan adalah membangun tim dalam waktu jangka panjang. Hasilnya? Tentu nanti akan terlihat.

Masih banyak PR yang harus dibenahi. Misalnya terkait kualitas kompetisi dalam negeri. Liga yang baik akan berbanding lurus dengan kualitas timnas.

Thailand merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang memiliki kualitas liga terbaik. Begitu juga dengan timnas mereka.

Liga Indonesia sendiri tidak demikian. Justru kebiasaan buruk liga terbawa ke tingkat internasional. Jika di liga, pelanggaran berat bisa saja ditoleransi, tapi di kancah internasional tidak demikian.

Tidak heran jika beberapa pemain kita bermain kasar. Laga melawan Thailand pada semifinal SEA Games kemarin buktinya. Bagaimana Firza Andika menerima kartu merah langsung dan disusul oleh Ricky Kambuya serta Rachmat Irianto.

Liga adalah salah satu sarana mengasah kemampuan pemain. Para pemain akan mendapat pelatihan dasar di akademi klub. Sayangnya, untuk pembibitan pemain muda kita masih kurang.

Selain itu, pelatih klub Indonesia enggan mengambil resiko. Tuntutan manajemen klub untuk juara membuat para pelatih memilih pemain asing daripada pemain lokal dan muda.

Untuk itu, PSSI akhirnya mengakali dengan membuat regulasi. Setiap klub harus memakai pemain muda dan pemain asing dibatasi.

Ketersedian sarana juga menjadi penunjang penting. STY bahkan mendesak netizen Indonesia agar PSSI menyiapkan training center untuk timnas.

Lebih jauh dari itu, kepengurusan PSSI juga harus sehat. Orang-orang yang ada di PSSI harus diisi oleh orang yang paham bola dan memiliki keinginan untuk membuat sepak bola kita maju.

Sayangnya, pengurus kita justru lebih memilih jalan instan. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya pelatih timnas. Sudah lebih dari 20 pelatih menangani timnas. Tapi dalam jangka waktu singkat.

Berkaca dari ini, seharusnya kita sadar jika dengan jalan pintas tidak bisa, maka kita harus memakai rencana jangka panjang. Yaitu perbaiki kualitas liga, pemain muda, dan organisasi kepengurusan.

Vietnam adalah negara tetangga yang berpegang teguh pada proses. Vietnam bisa menjadi tim kuat di tangan Park Hang-seo tidak didpat dalam waktu instan.

Tapi, butuh waktu setidaknya 6 tahun. Bahkan jarang sekali pemain Vietnam yang bermain di liga luar, mereka juga tidak diperkuat pemain naturalisasi.

Meski begitu, kini Vietnam menjelma menjadi tim kuat. Bahkan mereka menjadi satu-satunya tim ASEAN yang tampil di kualifikasi Piala Dunia 2022.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada timnas kita. Kuncinya hanya satu, yaitu percaya proses. Untuk itu, beri waktu pada STY untuk membangun timnas kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun