Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Istilah Phubbing, Kondisi Ketika Ponsel Mengambil Alih Dunia Nyata

17 Desember 2021   10:47 Diperbarui: 18 Desember 2021   09:56 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terlalu asyik dengan gadget hingga mengabaikan orang lain dan lingkungan sekitar. Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Ada yang bermain games, skroll media sosial, bahkan berbalas chat dengan gebetan. Kamu berusaha memecah keheningan dengan membuka obrolan, namun teman-teman kamu malah mengabaikan. 

Apa yang terjadi? Tentu kamu akan mencari ponsel lalu melakukan hal yang sama. Saya yakin semua orang pernah berada dalam posisi itu. Pada akhirnya, berkumpul hanyalah fisik saja. Toh jiwa mereka hanya tertaut pada ponsel.

Selain merusak hubungan sosial, perilaku phubbing bisa merusak kesehatan mental. Efek paling nyata dari phubbing adalah para korban. Korban phubbing akan merasa diacuhkan dan tidak diharagai.

Selain itu, perilaku phubbing yang didasari fomo tadi jelas tidak baik bagi kita. Hal itu hanya akan membuat kita depresi dan cemas karena takut telat update atau takut ketinggalan informasi. 

Menghabiskan waktu dengan bermain ponsel, entah itu media sosial atau games mengindikasikan jika orang yang melakukan itu kesepian. Hal ini sudah dibuktikan dengan beberapa penelitian.

Studi ini dipublikasikan oleh American Journal of Preventive Medicine. Mereka yang menghabiskan bermain media sosial dua jam dalam sehari adalah orang-orang yang kesepian. 

Selain itu, indikasi lainnya adalah jika kamu mengunjungi media sosial 58 kali dalam seminggu, dipastikan bahwa kamu mengalami isolasi sosial. Mereka yang aktif di media sosial nyatanya memiliki hubungan yang kurang harmonis di dunia nyata. 

Jadi, kehadiran teknologi tidak selamanya memberi dampak positif. Bahkan bisa mendorong seseorang menjadi lebih individualistik, dan mulai menjauh dari fitrah bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Terkadang kita perlu waktu untuk sendiri atau me time. Tapi hal itu tidak dilakukan dengan cara mengabaikan lingkungan sekitar bukan? Apalagi jika teknologi semakin canggih lagi, bisa dibayangkan bukan bagaimana manusia nantinya akan seperti apa? 

Terlebih lagi, saat ini perusahaan teknologi tengah bersiap masuk pada metaverse. Jika hal itu terjadi, tentunya manusia akan jauh lebih individualistik dari saat ini. Apalagi fitur metaverse yang jauh lebih canggih. 

Hal itu membuat orang-orang akan lebih mager, dan mereka yang tak mengikuti perkembangan teknologi akan kesepian. Meskipun sejatinya, hanyut dalam dunia metaverse adalah kesepian yang sebenarnya. 

Cara menghindari phubbing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun