Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Konten tentang Kemiskinan Begitu Digemari?

20 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 20 Oktober 2021   12:03 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang membantu tunawisma. Sumber: shutterstock. | via: kaskus.co.id

Fenomena yang mengangkat kemiskinan atau penderitaan orang lain ternyata sudah ada sejak dulu. Para ahli menyebutnya dengan sebutan menohok yaitu proverty porn. 

Proverty porn atau sebut saja konten kemiskinan adalah setiap jenis media, baik itu ditulis atau video yang mengeksploitasi kondisi kemiskinan seseorang untuk mendatangkan simpati untuk penjualan media itu sendiri, sumbangan amal atau tujuan lain

Singkatnya, konten kemiskinan adalah cara yang ditawarkan kepada penonton untuk memasarkan konten tersebut. 

Tidak hanya mengeksploitasi kondisi kemiskinan seseorang, kondisi tersebut juga mengeksploitasi simpati penonton agar melakukan tujuan yang ingin dicapai oleh si pembuat konten. 

Konten seperti ini awalnya muncul tahun 1980-an yang disebut dengan era keemasan amal. Kampanye ini menggunakan gambar yang menohok, misalnya kondisi seseorang yang kurang gizi. 

Kondisi tubuh mereka yang kurus dan dikelilingi oleh lalat dijadikan alat untuk menarik simpati agar orang-orang sudi menyumbang. Terbukti, kondisi yang dijual tersebut mampu menghasilkan dana dalam jumlah besar. 

Kampanye seperti itu sampai saat ini masih menjadi pro dan kontra. Pihak yang kontra menyebut cara tersebut tidak lebih hanya mengeksploitasi kondisi kemiskinan saja tanpa mencari jalan untuk menyelesaikan kemiskinan itu sendiri. 

Di sisi lain, pihak yang pro menyebut jalan tersebut bisa memudahkan tercapainya tujuan sebuah organisasi amal. Beberapa organisasi amal dunia, seperti UNICEF kerap memakai strategi ini. 

Cara berpikir yang sama juga berlaku pada konten-konten bertema kemiskinan yang bertebaran di media sosial. Bahkan, saya lupa siapa namanya ada seorang sultan yang membagi-bagikan uang di lampu merah. 

Aksi tersebut viral, banyak ditonton oleh jutaan pasang mata. Bahkan sampai diposting oleh akun humor yang bertebaran di instagram. Caption yang biasa dipakai adalah "panjang umur kebaikan."

Media sosial termasuk YouTube tidak lebih seperti agora di masa Yunani kuno dulu. Agora kurang lebih seperti alun-alun, semua kegiatan terkumpul di sana. Kegiatan perdagangan jelas ada di agora, mereka masarkan barang dagangannya di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun