Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saat Tak Melakukan Apapun Terasa Nikmat

7 September 2021   11:45 Diperbarui: 11 September 2021   09:04 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam hidup, setidaknya dibutuhkan jeda atau istirahat untuk menyegarkan pikiran. (sumber: gpointstudio via kompas.com)

Kerjaan menumpuk, tugas begitu banyak, apalagi diomeli bos, diceramahi dosen, jalan macet, dan berbagai masalah lain, tentu membuat kita merasa pusing. 

Ingin rasanya memaki semua kondisi tersebut. Ingin rasanya segera menyelesaikan tugas dari atasan dan dosen, kemudian pergi sejenak untuk jeda. 

Jeda dalam melakukan aktivitas tidak ada salahnya. Tubuh dan pikiran butuh waktu untuk istirahat, tidak bisa diporsir sesuka hati kita. Maklum, tubuh ini bukan robot. 

Tiduran sejenak setelah melakukan banyak aktivitas dan tidak melakukan apapun memang nikmat. Terkadang momen seperti itu memang menjadi impian.

Tetapi, mengambil jeda dalam hidup tidak sama dengan malas. Malas sendiri berarti melalaikan semua kewajiban. Berbeda dengan jeda dalam hidup, jeda diambil setelah selesai melaksanakan tugas. 

Ternyata, di beberapa belahan dunia ada beberapa tradisi untuk menikmati jeda dalam hidup alias tidak melakukan apapun. Jeda tersebut dilakukan setelah melakukan aktivitas yang padat.

Di Italia dikenal dengan konsep dolce far niente yang artinya kenikmatan tidak melakukan apapun. Orang-orang Italia memang telah mengenal konsep ini. Setelah melakukan tanggung jawab dalam tugas, orang Italia akan berhenti sejenak dari segala aktivitas.

Tentu saja hal ini beda dengan malas. Jeda di sini bisa dilakukan dengan cara tidur siang atau nongkrong di kafe. Tentu saja dalam jeda tersebut sambil mencari ide yang akan dikerjakan nanti.

Konsep ini berbeda dengan libur akhir pekan. Dolce far niente dilakukan hampir setiap hari setelah menjalani aktivitas padat. Orang Italia akan menyisihkan waktunya berjam-jam untuk tidak melakukan apapun.

Jadi, setelah aktivitas selesai, tugas beres, dan bebas dari tanggung jawab segala pekerjaan maka ambil lah kebiasaan ini. Cukuplah dengan diam sejenak, rebahan, atau menenangkan pikiran untuk merefresh otak kita.

Selain dengan cara di atas, untuk jeda dalam hidup alias istirahat bisa dilakukan dengan cara yang lebih spiritual. Misalnya di Jepang, ada yang disebut dengan zen shikantaza. Konsep ini beasal dari Soto School of Zen.

Konsep zen shikantaza tidak sama seperti meditasi lainnya yang melibatkan konsentrasi napas atau lainnya. Konsep ini kita hanya duduk saja dan merasakan keheningan menyatu dengan alam.

Dari konsep zen ini juga lahir fenomena minimalisme. Minimalisme ini biasanya mengurangi benda-benda yang dimiliki untuk mendapatkan ketenangan batin.

Dengan sedikitnya benda yang dimiliki, maka sedikit pula tekanan pikiran pada benda tersebut. Konsep ini bisa mengurangi seseorang yang terobsesi memiliki benda-benda tertentu.

Jadi, jika benda itu tidak terlalu penting sebaiknya jangan dimiliki. Ribet juga bukan jika banyak benda yang tidak penting berada di rumah kita.

Tentu kita menjadi tidak fokus, terutama merawat benda-benda tersebut. Benda yang tidak penting tersebut akhirnya menjadi tidak terawat. Jadi, sebaiknya beli benda sesuai dengan kebutuhan saja agar pikiran kita bisa menjadi lebih fokus.

Di China ada lagi satu tradisi untuk tidak melakukan apapun. Orang China mengenal konsep wu wei atau tak melakukan apapun adalah sebuah tindakan. Jadi diam dan tidak melakukan apapun adalah pilihan dan dilakukan dengan sadar.

Wu wei ini bukan berarti tidak ada kegiatan sama sekali atau tidak berbuat apapun. Wu wei adalah sifat dasar untuk selaras dengan alam. Menurut teori wu wei, membatasi kegiatan kegiatan sehari-hari diperlukan.

Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Dalam kondisi ini, seseorang hendaknya selalu menganut prinsip hidup sederhana. Karena, manusia mempunyai keinginan yang terlampau banyak dan sulit dibatasi.

Jika kita terus mengikuti kemauan tersebut tentunya akan memberikan tekanan pada kita. Entah itu secara fisik maupun mental. Jadi, kebahagiaan itu tidak selalu diukur dengan memenuhi semua keinginan kita.

Akan tetapi, jika kita memenuhi keinginan melampaui batas yang terjadi sebaliknya. Orang yang bahagia adalah mereka yang merasa cukup.

Orang yang mengejar keinginan terus menerus justru takut tidak bahagia, karena kerangka pikir bahagia itu sendiri adalah terpenuhi semua keinginan.

Tentunya sifat manusia yang serakah dan tidak puas hanya akan menambah keinginan yang baru jika salah satu keinginan telah tercapai. Intinya ya sederhana saja. Begitu kiranya.

Diam dan tidak melakukan apapun memang erat dengan konsep spiritual. Di ajaran agama islam ada waktu yang yang tepat untuk berdoa dan berdzikir untuk mendekatkan pada sang Pencipta.

Tentu saja di waktu sepertiga malam, misalnya ibadah yang dilakukan adalah tahajud atau shalat sunah lainnya. Heningnya malam tentu membuat ibadah semakin khusyuk, dan pikiran tentu menjadi tenang.

Di sepertiga malam inilah kita benar-benar menikmati apa itu ibadah. Tentu berbeda dengan shalat dzuhur saat istirahat bekerja, pikiran kita hanya terpaku pada tugas.

Apalagi, ketika shalat lupa menyimpan kunci motor di mana. Alhasil ketika shalat hanya memikirkan kunci motor di mana. Shlat menjadi tidsk khusyuk dan ingin segera selesai. 

Nah ada satu lagi untuk tidak melakukan apapun, yaitu nyepi. Lihatlah ketika hari nyepi di Bali, semua aktivitas tidak dilakukan seperti hari-hari biasa. Selama 24 jam, umat Hindu melakukan nyepi dan tidak melalukan aktivitas fisik.

Jadi, tidak selamanya diam dan tidak melakukan apapun disebut dengan malas. Justru diam dan tidak melakukan apapun di sini ya untuk meningkatkan kualitas kita entah itu dari sisi spiritual maupun aspek lainnya.

Jadi cobalah salah satu cara di atas. Bagi umat islam tentu tinggal bangun di spertiga malam saja. Hanya saja untuk bisa bangun itulah menjadi tantangan tersendiri sehingga ibadah disepertiga malam terasa berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun