Oleh karena itu. Siang itu aku mengambil keputusan yang belum pernah aku buat sebelumnya. Dimana keputusan ini. Setelah bebeberapa waktu tahu haditsnya. Bahwa yang aku lakukan adalah sudah benar.
Aku akan membebaskan momo dari kandangya (HR. Bukhari).
Mengingat malam ini mungkin aku masih belum bisa balik rumah untuk memberi makan kembali pada momo.
Ya sudah. Bismillah. Momo sudah besar. Aku lepaskan saja. Demi kebaikan di kedua belah pihak. Kucing dan tuannya.
Istri dan anak telah pulih. Namun kucing kami menjadi kucing liar. Bagaimana seekor persia bisa memangsa tikus jalanan. Tupai. Ikan. Kodok. Kepiting. Ular. Kecoak. Cicak. Bahkan ia ngajak berkelahi kucing kampung jantan yang berusaha lewat di depan rumah kami. Teritorinya.
Lama ia keranjingan bertarung seperti super sanya son go ku dalam komik dragonball.
Kalau sudah bertarung sulit sekali untuk dipisahkan . Meski sampai nyemplung got. Kucing musuh terus dikejar.
Tapi ya gitu. Ketika pulang. Momo seperti seorang anak berandalan yang habis ikut tawuran. Telinganya robek sebelah kiri. Rambut di atas kepalanya pitak. Sekitar mata kanannya seperti bekas tersayat pedang. Layaknya seorang yakuza atau bajak laut yang matanya memiliki bekas luka sayatan pedang. Kadang bibirnya juga berdarah.
Kakinya kotor. Bahkan ada bagian di tubuhnya yang kalau dipegang ia merasa kesakitan.
Itulah masa kejayaan momo kucingku.
Namun sesuatu terjadi di bulan syawal di tahun 2019. Inilah titik balik bagi kami untuk mulai melepaskan total kucing kami.