Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernahkah Manusia Belajar dari Pandemi?

20 September 2020   09:21 Diperbarui: 20 September 2020   15:56 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barak penderita flu Spanyol di Camp Funston, Kansas, 1918.| Sumber: Otis Historical Archives, National Museum of Health and Medicine/ Kompas.com

Faktor budaya juga yang menjadi masalah ketika wabah pes menyerang Eropa di abad pertengahan. Nostradamus, seorang Fisikawan terkenal Prancis zaman itu, menyarankan agar masyarakat sering membersihkan badan dan berganti pakaian. Sebuah kebiasaan yang jarang dilakukan waktu itu.

Faktor lain yang mendukung meluasnya pandemi adalah kemajuan transportasi antar wilayah di dunia. Hal ini tidak terjadi pada beberapa abad yang lalu. Kemudahan transportasi udara, akses jalan darat yang memadai, akses laut yang menghubungkan manusia dan barang antar benua. 

Semua dengan cepat menghubungkan banyak titik di dunia. Tidak heran virus Corona menyebar sangat cepat dalam hitungan bulan ke seluruh dunia sejak dimulai dari Provinsi Wuhan di China pada bulan November 2019.

Sebetulnya adakah hal positif yang kita dapat dari munculnya pandemi? Apakah ada hal hal ini membuat manusia belajar dari pengalamannya?

Sosiolog Charles Fritz melakukan riset di tahun 1961 tentang perilaku masyarakat saat perang dan bencana alam. Hasilnya saya rasa cukup relevan berhubungan dengan kondisi pandemi. 

Pada saat yang penuh tekanan, masyarakat cenderung bergandengan tangan bersama untuk saling membantu mengatasi masalah yang ada. Seakan menghadapi musuh bersama, semua saling membantu. Individualisme berkurang, perbedaan latar belakang sosial, politik, ekonomi disisihkan. 

Semua menyadari hanya bisa selamat saat kompak berjalan beriringan. Suatu kondisi yang langka didapat saat kondisi normal.

Hal positif lainnya adalah peningkatan kualitas dari obat dan alat kesehatan. Baju, masker, alat pendeteksi virus, termasuk didalamnya usaha untuk segera mencari antivirus, gencar dilakukan oleh semua pihak. Semua saling membantu untuk mengakhiri pandemi yang ada. 

Republic Democratic Congo belajar dari pengalaman pandemi tahun 1976. Saat terjadi lagi pandemi Ebola tahun 2014, negara ini berhasil memodifikasi sebuah mesin pendeteksi bakteri tuberculosis menjadi mesin pendeteksi virus ebola di tubuh manusia. 

Mesin ini mempersingkat waktu pemrosesan dari 3 hari menjadi hanya beberapa jam saja. Ini yang membuat negara ini dapat dengan cepat keluar dari masalah pandemi ebola di tahun 2014.

Apa hal hal yang membuat sebuah pandemi berakhir? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun