Semuanya itu jika dikemas dengan apik, dengan nuansa kekinian yang keren dan Instagramable, niscaya akan menjadi penarik minat wisatawan domestik untuk bereuni.
Sebagai contoh, Penulis melakukan reuni dengan 150 teman yang berasal  dari berbagai tempat, bahkan ada yang sengaja datang dari luar negeri untuk menghadirinya.
Dengan 3 bus rombongan menuju Bali timur dengan tujuan Taman Air Tirta Gangga dan Taman Ujung Karangasem. Acara diisi dengan lagu, permainan dan, tentu saja, makanan khas Bali yang maknyus. Salah satunya nasi campur khas daerah Karangasem yang populer disebut Nasi Belayak.
Dari ilustrasi diatas saja kita bisa melihat berapa besar perputaran roda ekonomi yang disebabkan oleh wisata reuni ini. Â Mulai dari transportasi, event organizer, dokumentasi sampai wisata kuliner.
Belum lagi keuntungan atas pilihan destinasi wisata seperti Tirta Gangga dan Taman Ujung, yang saat ini dianggap wisata biasa biasa saja karena tertutup oleh destinasi wisata baru, bisa kembali dikenal sebagai tempat wisata yang layak untuk dikunjungi wisatawan.Â
Simbol simbol masa lalu, seperti tempat makan angkringan atau transportasi becak atau delman atau bemo roda tiga atau nasi Belayak, menjadi bumbu yang menarik untuk dieksploitasi menjadi paket wisata yang memanjakan pengalaman para wisatawan.
Wisata reuni juga menjadi sumber ketahanan ekonomi nasional karena ekonomi terbangun dari aktifitas yang dilakukan oleh warga Indonesia sendiri. Oleh Indonesia, untuk Indonesia.
Untuk mencapai semua itu, kita perlu konsep konsep baru yang tidak hanya menjual tempat wisata, tapi juga pengalaman para pengunjungnya,termasuk didalamnya pengalaman untuk reuni, kembali bernostalgia dengan masa lalu yang indah.
***
Sumber :
SP.beritasatu.com, "Yogyakarta Membidik Wisata Reuni", 31 Januari 2015