Mohon tunggu...
Daniello
Daniello Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

student

Selanjutnya

Tutup

Film

Isu Rasisme dan Toleransi dalam film Babi Buta yang Ingin Terbang

5 April 2023   05:39 Diperbarui: 8 April 2023   12:03 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                           sumber: imdb

Isu rasisme dan Toleransi adalah isu yang tak akan pernah usai jika dibahas, setiap perbedaan dan persamaan, terkadang menimbulkan dinamika permasalahan yang tak kunjung usai jika dipikirkan secara perlahan, kadang hal tersebut terasa mustahil untuk dihilangkan, namun dalam era digital banyak pembuat karya seni memilih menyampaikan pesannya lewat karya yang dibuat, entah hanya sebatas formalitas pekerjaan, menyampaikan pesan titipan, bahkan sampai pengalaman pribadi sang pembuat karya, namun diantara banyaknya film yang mengangkat isu rasismen dan toleransi, ada sebuah film yang menarik perhatian saya, yaitu Babi Buta Yang Ingin Terbang.

Babi Buta Yang Ingin Terbang

Film drama ini dirilis pada tahun 2008, ditulis dan disutradai oleh Edwin yang sekarang mempunyai salah satu karya yang menarik seperti, "Seperti  dendam, rindu harus dibalas tuntas"

Menariknya film ini dilarang tayang di Indonesia karena sedikit mengangkat tema homoseksualitas dan mengandung banyak unsur sensitif dalam ceritanya, namun film ini berhasil menyabet beberapa penghargaan di Festival film luar negeri.

Ada beberapa orang yang bilang kalau film ini dirilis untuk memperingati 10 tahunnya kejadian 1998, film berdurasi ini mengisahkan Linda sebagai sosok sentral yang memiliki orang dengan kondisi yang bertautan secara tak langsung, mulai dari Linda yang suka memakan petasan karena dipercaya bisa mengusir roh jahat,ayah Linda yang terobsesi menjadi Indonesia dan merobek matanya hingga menikah lagi agar bisa memperoleh keturunan bermata belo, ibu kandung Linda seorang wanita etnis tionghoa yang merupakan perwakilan atlet bulutangkis Indonesia,Salma merupakan asisten ayah Linda yang dinikahi dan berlindung dibalik isu agama untuk memenangkan kompetisi bernyanyi, Cahyono, teman Linda yang sering dibuly karena terlihat sipit dan diapun terobsesi menjadi orang jepang, beberapa karakter tersebut belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri, seperti pecahan gelas berwarna yang ingin menyatu di kaca hitam yang memiliki beberapa lobang.

Analisis Isu Rasisme berdasarkan Karakter

Jika diperhatikan secara perlahan, semua karakter pada film ini memiliki aspek yang bertolak belakang dengan konsep berdamai dan menyatu dengan lingkungan sosialnya pada masa itu.

Jika bisa dijabarkan kitab isa mulai dari Linda yang hobi memakan petasan karena dia pervaya hal itu bisa menjauhi roh jahat, namun dia dikelilingi beberapa tokoh yang bisa dibilang memiliki keinginan yang tak pernah tercapai.

Jika berpindah ke ayahnya Linda yang Bernama Halim, Halim merupakan seorang Dokter gigi yang terobsesi menjadi Indonesia, dimana dia ingin menghilangkan ciri dari bentuk fisiknya, contohnya dia membelah matanya agar tidak terlihat sipit, dan menikahi  orang lain dan berpindah agama, agar mempunyai keturunan yang tidak sipit, rasanya penggambaran situasi ini jarang terjadi di lingkungan masyarakat, namun hal hal yang seperti inilah terkadang menggambarkan banyak makna.

Lalu berpindah ke Salma yang merupakan seorang muslim dan asisten Halim, dimana ia menikah dengan Halim dan berlidung dibalik agama untuk memenangkan lomba acara menyanyi, hal ini juga secara tak langsung banyak menyentil dan mengangkat beberapa topik yang sensitive terutama tentang Keagamaan dan Rasisme.

Analisis Isu Rasisme berdasar Semiotika dan Simbol

Jika membahas dan mengulik tentang makna simbolik dan semiotika dalam film ini, saya rasa saya menemukan dua adegan yang tidak akan pernah saya lupakan.

Mulai dari penggunaan petasan yang dimakan linda memiliki banyak tafsir, dan Tindakan Linda yang memakan petasan tersebut memiliki banyak arti, mulai dari petasan yang bisa dianggap sebagai sebuah beban yang bisa meledak kapan saja, sampai kepercayaan orang Tionghoa bahwa petasan yang bisa menghilangkan roh jahat, bisa mengarah ke lingkungan sekitar Linda yang tidak menerima diri sendiri dan malah menjadi beban bagi Linda.

Ada juga makna semiotika di film ini yang menampilkan seekor babi yang terikat di padang ilalang, tentu jika dipikirkan akan terkesan absurd, namun ternyata jika dipikirkan secara perlahan, sekuen ini punya banyak arti, penggambaran dan pengartian babi yang terikat dalam film ini memiliki makna representative yang sangat tinggi.

Jika kita simpulkan dari awal sang Sutradara membuat film ini, saya juga kurang mengetahui alasannya, entah kenapa unsur dalam film ini merujuk kepada runtutan kisah yang terasa personal jika disimak, penceritaan dan penyusunan pengembangan karakter kurang terasa ada, jika dibandingkan dengan setiap watak karakter yang sangat menarik dan absurd namun tetap penuh makna jika dikulik lebih lanjut, masih banyak perdebatan tentang film ini, bagi sebagian orang mungkin film seperti ini hanya akan memprovokasi, apalagi jika dilihat, pandangan terhadap etnis Tionghoa sudah mulai membaik, namun jika memang dari awal film ini dibuat sebagai penggambaran situasi 1998, saya rasa terlalu banyak simbol yang merujuk tentang unsur dan pesan yang ingin disampaikan.

Namun pesan yang bisa saya tangkap, justru saya temukan ketika membaca dan memikirkan judul film ini secara perlahan, Babi Buta Yang Ingin Terbang, mungkin judul ini terdengar absurd dan tidak biasa, tapi jikalau babi dalam konteks film ini diibaratkan minoritas, tentu tersisa kata buta yang jika dipikirkan lagi, kaum minoritas disini ialah sosok babi buta itu sendiri, dimana kata ingin terbang memiliki representasi sebagai kebebasan ataupun keinginan untuk hidup dengan bebas, seperti setiap karakter dalam film ini yang memiliki keinginan dan rela melakukan apapun seperti orang buta (merujuk kepada Tindakan Halim) namun saya rasa setiap orang dalam film ini juga melakukan hal yang sama, lalu siapa sosok babi ini, apakah itu representasi dari mayoritas, tentu konteksnya harus dipertimbangkan lagi, apakah semua pihak disini termasuk babi buta yang ingin terbang, diaman sisi mayoritas pun terkadang melakukan tindakan seperti orang buta demi mencapai tujuan dan kebebasan yang diinginkannya, lalu apakah Edwin juga merupakan representasi babi buta yang ingin mengungkapkan pandangannya untuk menyuarakan kebebasannya, lalu apakah kita juga merupakan babi buta yang ingin terbang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun