Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buat Adian Napitupulu: Jangan Angkuh dan Memandang Remeh Lawan

29 April 2023   21:42 Diperbarui: 29 April 2023   21:47 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Koordinator Tim  Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo, Adian Napitupulu (Tribunews.com)  

Saat diskusi daring di kanal YouTube Poltracking TV, yang disiarkan langsung pada Jumat, 28 April 2023, Adian Napitupulu, Wakil Koordinator Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024 dari PDI-P, mengatakan, Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan) bukanlah lawan yang seimbang bagi Ganjar Pranowo dalam kontestasi pemilihan presiden 2024 mendatang. Adian beralasan Prabowo sudah beberapa kali maju dalam Pilpres namun belum pernah sekalipun meraih kemenangan.

"Bagaimana kita mau takut atau kita khawatir, kalau melawan Prabowo yang berkali-kali kalah. Prabowo belum pernah punya pengalaman menang, pengalamannya kalah terus. Sebenarnya enggak menyenangkan buat kita bertanding dengan orang yang berkali-kali kalah. Kayanya gimana gitu, enggak asyik gitu lho," kata Adian.

Meskipun dia kemudian mengatakan juga bahwa pernyataannya itu bukan bermaksud angkuh dan meremehkan, tapi jelas sekali pernyataannya itu memang demikian.

"Tidak bermaksud angkuh tidak bermaksud merendahkan, tidak. Cuman bisa enggak sih kita dapatkan lawan yang memang seimbang gitu loh. itu doang," katanya.

Jelas sekali pernyataannya itu merupakan suatu pertunjukan keangkuhan. Keangkuhan dari pihak yang terlalu merasa percaya diri, terlalu merasa kuat, dan memandang remeh lawan. Padahal, biasa terjadi juga keangkuhan dan memandang remeh lawan adalah awal dari kekalahan yang mengejutkan dan menyakitkan.


Benar apa yang dikatakan oleh anggota DPR dari Partai Gerindra Andre Rosiade saat membela boss-nya itu. Andre mengingatkan Adian bahwa keangkuhan biasanya bakal kalah.

"Abraham Lincoln itu kalah 20 kali, yang ke 21 kali ia menang. Dan menjadi Presiden Amerika Serikat," ujar Andre.

Tetapi, tidak perlu contoh jauh-jauh dengan sejarah Amerika Serikat. Contoh dalam sejarah negara kita sendiri saja. Tidak usah dengan contoh orang lain, contoh dengan boss dari Adian Napitupulu saja, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Megawati sendiri kalah dua kali berturut-turut secara mengejutkan dan menyakitkan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004 dan 2009. Mantan Menterinya sekaligus musuh politik "abadinya".

Prabowo kalah pertama kali justru saat berpasangan dengan Megawati, saat sebagai cawapres-nya Megawati di Pilpres 2009.

Padahal sebelumnya, PDI-P/Megawati sangat yakin akan menang mudah di Pilpres 2004 itu. Mereka memandang remeh SBY.  Suami Megawati, Taufik Kiemas (alm.) mengatakan, SBY hanyalah seorang Jenderal kekanak-kanakan.  

Pilpres 2004 adalah Pilpres untuk pertama kali rakyat memilih langsung presiden dan wakil presidennya.

PDI-P yakin akan menang mudah di Pilpres 2004, itu karena sebelumnya, di Pemilu 1999, yaitu pemilu pertama pasca jatuhnya rezim Presiden Soeharto, PDI-P menang besar dengan 33,74 persen suara. Partai Golkar di urutan kedua dengan selisih jauh, 22,44 persen suara. Pemilu 1999 adalah pemilu untuk memilih parpol, diikuti oleh 48 parpol. Saat itu presiden dan wakil presiden masih dipilih oleh MPR.

Kemenangan besar PDI-P (di masa Ode lama bernama PDI), itu berkaitan erat dengan status Megawati dan PDI sebagai korban penindasan selama rezim diktator Soeharto berkuasa. Waktu itu Megawati dianggap oleh rakyat pro-reformasi sebagai simbol perlawanan terhadap Soeharto.

Pilpres 2004 diikuti lima pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Megawati Soekarnoputri -- Hasyim Muzadi; SBY- Jusuf Kalla; Wiranto - Salahuddin Wahid;  Amien Rais - Siswono Yudo Husodo, dan Hamzah Haz dan Agum Gumelar.

Hasil Pilpres 2004, untuk pasangan Megawati - Hasyim 26,61 persen, dan SBY-JK 33,57%. Pasangan lainnya jauh di bawah itu. Di putaran kedua, SBY -- JK jauh unggul dengan 60,62 persen, sedangkan Megawati -- Hasyim hanya 39,38 persen.

Megawati maju lagi di Pilpres 2009 melawan SBY. Kali ini Mega berpasangan dengan Prabowo Subianto. Hasilnya lebih mengejutkan dan menyakitkan hati lagi. Hanya dengan satu putaran SBY yang berpasangan dengan Boediono unggul telak dengan 60,8 persen suara. Sedangkan Megawati -- Prabowo hanya 26,79 persen. Pasangan ketiga JK -- Wiranto hanya 12,41 persen.

Jika meminjam keangkuhan Adian Napitupulu, itu bisa juga diterapkan pada Megawati vs SBY. Terbukti Megawati juga bukan lawan seimbang dari SBY. Karena megawati dua kali berturut-turut dari SBY dengan selisih suara yang sangat jauh.

Mendekati Pilpres 2014, beredar kabar Megawati berniat maju lagi sebagai salah satu kontestan Pilpres 2014. Pada beberapa kesempatan kala itu, Megawati mengutarakan niatnya itu.

Misalnya, di acara peringatahan ulang tahun PDIP ke-40, pada 27 Januari 2013, di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dia mengatakan, usia bukan halangan bagi seseorang untuk maju selama itu dikehendaki rakyat. "Jangan salah ya, calon presiden tua seperti saya juga siap bertempur," kata Mega yang saat itu berusia 66 tahun.

Kala itu, Megawati juga memberi syarat, apabila di Pemilu 2014 PDI-P berhasil meraih minimal 20 persen suara, ia akan maju lagi sebagai capres 2014.

Untunglah di saat itu para pengamat politik dan pemilik lembaga-lembaga survei mengingatkan Megawati agar realistis, untuk tidak lagi nekad maju di Pilpres 2014. Karena jika nekad, ia pasti kalah lagi. Megawati disarankan mengusung Jokowi, yang waktu itu adalah Gubernur DKI Jakarta, karena eletabilitasnya sangat tinggi. Para pengamat politik itu mengatakan, dapat dipastikan apabila PDI-P mengusung Jokowi, pasti menang.

Taufik Kiemas yang kala itu adalah Ketua MPR juga mengingatkan Megawati agar tidak lagi maju di Pilpres 2014, tetapi agar PDI-P mengusung  tokoh muda partai untuk dicalonkan menjadi RI 1.

Dia bilang, setiap partai butuh regenerasi, sehingga sudah saatnya partai-partai mengusung tokoh-tokoh muda sebagai calon pemimpin bangsa. Megawati juga perlu mempersiapkan regenerasi untuk partainya. "Semua partai menunggu regenerasi dan Bu Mega harus persiapkan regenerasi," kata Taufik kala itu (10/7/2012).

Bayangkan jika ketika itu, Megawati tidak mendengar rekomendasi dari para pengamat politik dan nasihat suaminya, Taufik Kiemas, dan tetap nekad nyapres lagi di Pilpres 2014. Bukankah, ia pasti akan kalah lagi untuk ketiga kalinya?

Kembali kepada pernyataan angkuh dan memandang remeh lawan dari Adian Napitupulu tersebut di atas. Dari uraian ini, sepatutnya ia mengintrospeksi diri untuk jangan sekali-kali bersikap angkuh dan memandang remeh lawan. Karena dalam sejarah, termasuk sejarah Megawati dalam Pilpres, bahwa bersikap angkuh dan memandang remeh lawan biasanya juga merupakan awal dari kekalahan yang mengejutkan dan menyakitkan.

Jangan terlalu percaya diri yang berlebihan (over confidence) sehingga meremehkan lawan. Dengan menganggap Prabowo bukan lawan seimbang Ganjar Pranowo. Bahwa Ganjar pasti akan menang mudah kalau melawan Prabowo, yang berkali-kali kalah. Hasilnya bisa saja sebaliknya.

Hasil survei terbaru simulasi pasangan capres-cawapres 2024 dari Poltracking justru menunjukkan hasil, apabila Prabowo Subianto dipasangkan dengan Erick Thohir, melawan pasangan Ganjar Pranowo -- Sandiaga Uno, pasangan Prabowo -- Erick Thohir unggul dengan 30,3 persen daripasa Ganjar Pranowo -- Sandiaga Uno yang hanya mendapat 28,4 persen. Anies baswedan -- AHY 19,4 persen.

Dari empat simulasi paslon, justru peran Erick Thohir sebagai cawapres-lah yang paling berpengaruh. Dilihat dari di setiap simulasi, bila ia yang dipasangkan sebagai cawapres, maka pasangan calon itulah yang unggul. Bukan peran Ganjar Pranowo. (dht).


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun