Dengan sungkan dan sedikit takut-takut, salah satu dari mereka mendekati sopir bis itu, bertanya, "Maaf, Om, Om Kristen, ya?"
Sopir itu memandang penanya itu sejenak, lalu  mengangguk, "Ya, saya Katholik."
"Oh, maaf, Om, tadi  sepanjang perjalanan, kami sudah menertawai pidato yang mengolok-olok Yesus...."
Sopir bis itu berkata, "Tidak apa-apa, Om tidak marah, kok. Â Karena kalian tidak mengerti apa yang telah kalian lakukan itu."
"Kenapa Om bisa tidak marah, padahal kami telah menertawai Yesus yang Om percaya sebagai Tuhan itu?" tanya pelajar itu dengan heran.
"Karena Om ingat ajaranNya dan teladanNya yang telah Ia berikan kepada Om. Bahwa kita harus mengasihi semua orang, siapapun dia, dan bahwa Ia sendiri meskipun tidak bersalah, Â diolok-olok dan disiksa sebelum disalibkan, tidak marah dan dendam kepada mereka yang melakukan kepadaNya itu.
"Apakah Yesus Kristus yang dihina, diolok-olok dan disiksa itu marah kepada para penyiksa dan pengolok-oloknya itu? Tidak, Yesus justru mengasihi mereka, dan ketika di atas kayu salib ia justru berdoa untuk mereka: "Ya, Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.!"Â
(Matius 27:29: Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya:g "Salam, hai Raja orang Yahudi!")
*****
***Â Artikel ini ditulis berdasarkan pesan di sebuah grup WhatsApp yang saya ikuti.