Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Yesus Dihina

6 Mei 2018   06:37 Diperbarui: 6 Mei 2018   07:46 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: atholicinbrooklyn.blogspot.com

Serombongan pelajar dari sebuah sekolah mencarter sebuah bis untuk pergi ke suatu obyek wisata. Di dalam perjalanannya, salah satu mereka meminta sopir bis itu memutar flashdisc yang dia bawa di perangkat audio bis untuk diperdengarkan kepada seluruh teman-temannya.

Ternyata isi rekaman pada flashdisc itu adalah pidato dari seorang tokoh yang isinya menghina Yesus Kristus, dan di sepanjang pidatonya yang terus-menerus mengolok-olok Yesus Kristus itu, terdengar suara tertawa berderai-derai dari para hadirin yang ikut menikmati penghinaan terhadap Yesus itu.

Tokoh itu antara lain berkata dalam pidatonya itu bahwa jika Yesus dilahirkan tanpa ayah, maka itu berarti Dia anak haram.

Bahwa jika Yesus itu Tuhan, lalu ketika Tuhan itu beranak, bidannya siapa?

Bahwa tidak pernah ada Tuhan yang bernama Yesus.

Bahwa ikut Yesus itu masuk Sorga? Yang benar, ikut Yesus itu masuk neraka!

Dan, masih banyak lagi penghinaan tokoh itu tentang Yesus, rombongan yang berada di dalam bis itu juga  tertawa terbahak-bahak mendengar rekaman pidato itu.

Diam-diam sopir bis itu yang ternyata seorang Kristen marah. Tetapi kemarahan itu dia pendam saja sepanjang jalan. Beberapa kali terpikir olehnya untuk melampiaskan kemarahannya itu dengan membawa bis itu dengan kecepatan tinggi lalu ditabrakan, atau saat lewat jalan-jalan yang curam, ingin rasanya ia menjatuhkan bis itu ke jurang yang dalam,  sehingga seluruh penumpangnya yang menertawai penghinaan terhadap Yesus itu mati, tak apa-apa biar dia juga ikut mati.

Tetapi, dalam pergumulannya itu, ia kemudian teringat akan kehidupan, ajaran, dan teladan yang telah Yesus berikan umat manusia, termasuk kepadanya. Kemarahannya pun lenyap, hatinya yang tadi panas membara pun menjadi dingin kembali diganti dengan rasa damai dan kesejukan.

Pidato yang mengolok-olok Yesus disertai suara tertawa baik yang dari rekaman itu, maupun dari rombongan di dalam bis itu sama sekali tidak membuatnya marah lagi. Ia pun berdoa di dalam hati: "Ya, Tuhan, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang telah mereka lakukan. Amin."

Saat tiba di tempat tujuan, saat beristirahat, sopir bis itu makan di sebuah warung, sebelum makan ia membuat tanda salib, dilihat oleh beberapa pelajar itu, mereka pun terkejut.

Dengan sungkan dan sedikit takut-takut, salah satu dari mereka mendekati sopir bis itu, bertanya, "Maaf, Om, Om Kristen, ya?"

Sopir itu memandang penanya itu sejenak, lalu  mengangguk, "Ya, saya Katholik."

"Oh, maaf, Om, tadi  sepanjang perjalanan, kami sudah menertawai pidato yang mengolok-olok Yesus...."

Sopir bis itu berkata, "Tidak apa-apa, Om tidak marah, kok.  Karena kalian tidak mengerti apa yang telah kalian lakukan itu."

"Kenapa Om bisa tidak marah, padahal kami telah menertawai Yesus yang Om percaya sebagai Tuhan itu?" tanya pelajar itu dengan heran.

"Karena Om ingat ajaranNya dan teladanNya yang telah Ia berikan kepada Om. Bahwa kita harus mengasihi semua orang, siapapun dia, dan bahwa Ia sendiri meskipun tidak bersalah,  diolok-olok dan disiksa sebelum disalibkan, tidak marah dan dendam kepada mereka yang melakukan kepadaNya itu.

"Apakah Yesus Kristus yang dihina, diolok-olok dan disiksa itu marah kepada para penyiksa dan pengolok-oloknya itu? Tidak, Yesus justru mengasihi mereka, dan ketika di atas kayu salib ia justru berdoa untuk mereka: "Ya, Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.!" 

(Matius 27:29: Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya:g  "Salam, hai Raja orang Yahudi!")

*****

*** Artikel ini ditulis berdasarkan pesan di sebuah grup WhatsApp yang saya ikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun