Responden merupakan mereka yang memiliki hak pilih pada Pilkada DKI Jakarta. Responden berdomisili di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
Tingkat kepercayaan pada metode ini sebesar 95 persen, nirpencuplikan penelitian ± 7,55 persen, dengan kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.
Hasil survei Litbang Kompas itu menunjukkan, dari skala 1 hingga 10, Ahok- Djarot mendapat 7,72 terkait penguasaan masalah, sedangkan Anies-Sandi mendapat 6,90.
Tentang program kerja, Ahok- Djarot mendapat 8,04 dan Anies-Sandi mendapat 6,71. Dari segi cara berkomunikasi, Ahok- Djarot mendapat 7,63 dan Anies-Sandi 7,26.
Secara umum, Ahok- Djarot mendapat 8,13 dan Anies-Sandi mendapat 7,27.
Sebanyak 10,18 persen responden adalah warga yang masih mungkin mengubah pilihannya seusai menyaksikan debat pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Kemudian 5,99 persen responden ragu-ragu, 80,84 persen responden menyatakan tak akan mengubah pilihannya, sedangkan 2,99 persen responden tidak menjawab atau rahasia.
Sementara itu, ada juga lembaga survei pesanan kubu paslon tertentu, yang kredibilitasnya meragukan, dan memang pantas diragukan, menghasil hasil survei yang bertolak belakang dengan kenyataan, sehingga hasilnya pun berbeda jauh dengan hasil Pilgub DKI putaran pertama.
Seperti, ada hasil survei yang menyatakan paslon nomor urut satu: Agus-Sylvi unggul, sedangkan Ahok-Djarot hanya mendapat elektabilitas 10 persen.
Pesan Ahok kepada Anies-Sandi, layak juga disampaikan di Kompasiana, janganlah demi mau memenangkan yang didukung, para pendukungnya di Kompasiana ikut-ikut melakukan pembohongan. *****